Beranda Pendidikan Sekolah Reyot di Teluk Bintuni: Siswa Belajar di Lantai Tanah, Dinding Bolong

Sekolah Reyot di Teluk Bintuni: Siswa Belajar di Lantai Tanah, Dinding Bolong

0
Sekolah Reyot di Teluk Bintuni: Siswa Belajar di Lantai Tanah, Dinding Bolong
Kolase foto aktivitas belajar mengajar di bangunan lama SD Inpres Moyeba, Kampung Moyeba, Distrik Moskona Utara, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, Selasa (7/10/2025). (istimewa)

Bangunan lama SD Inpres Moyeba sudah tidak layak digunakan. Kendati demikian, itu satu-satunya tempat yang bisa menampung siswa-siswi kelas 4 dan kelas 5. Para guru dan pelajar di Moyeba, Distrik Moskona Utara, butuh uluran tangan pemerintah.


Bintuni, suaradamai.com – Kondisi bangunan lama SD Inpres Moyeba di Distrik Moskona Utara, Kabupaten Teluk Bintuni, memprihatinkan. Sekolah yang sudah berdiri selama sekitar 20 tahun itu kini tak layak digunakan.

Meskipun dari kejauhan masih tampak kokoh karena rangka kayunya, kenyataannya bangunan tersebut berdiri terseok-seok.

Gedung lama itu kini hanya beralaskan tanah. Sebelumnya, siswa belajar di atas lantai papan, namun rangka panggung yang menopang bangunan sudah roboh akibat sering terkena luapan air hujan.

Dinding bangunan pun berlubang, dan dari satu sudut dalam gedung, mata bisa menembus hingga ke empat ruangan kelas lantaran sekat antar ruang sudah rusak.

Potongan-potongan papan yang sebelumnya menjadi pembatas ruang tergantung seperti stalaktit di langit-langit. Sementara pada beberapa titik, plafon juga tampak menggantung lemas.

Kondisi ini sudah terjadi sejak 2021 lalu. Pada tahun yang sama, bangunan lama tidak lagi digunakan. Guru dan siswa menggunakan gedung baru yang dibangun pada 2017 oleh Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni.

Gedung baru tersebut memiliki empat ruang kelas dan awalnya ditangani oleh empat guru. Namun, kini jumlah guru bertambah menjadi enam orang. Akibat keterbatasan ruang, pihak sekolah terpaksa menggunakan kembali gedung lama yang telah reyot.

Bukan hanya ruangan belajar bagi siswa, SD Inpres Moyeba juga tidak punya kantor atau ruang guru. Mereka menggunakan rumah guru sebagai tempat rapat dan berdiskusi tentang penyelenggaraan pendidikan di sana.

Minta uluran tangan pemerintah

Guru kelas 4, Jhoni Orocomna, meminta agar pemerintah memberikan perhatian lebih kepada kondisi sekolah tersebut.

“Kiranya kedepan ada perhatian dari pemerintah, lebih khusus memberikan bantuan gedung yang baru untuk kami bisa gunakan. Supaya proses belajar mengajar kami bisa berjalan efektif dan baik. Gedung yang kami gunakan ini sangat rapuh. Lama kelamaan bisa gugur, bisa roboh, sehingga mengganggu proses belajar mengajar kami,” kata Orocomna.

Selain gedung kelas, Orocomna juga berharap pemerintah membantu menyediakan kantor guru.

“Ruangan guru atau kantor juga tidak ada. Sehingga ketika jam istirahat, kita hanya duduk di rumah dari guru. Kita hanya duduk di situ untuk berdiskusi, siapkan pembelajaran apa yang kita siapkan nanti,” ungkap Orocomna.

Sebagai tempat pendidikan bagi anak-anak asli dari tujuh suku Teluk Bintuni, SD Inpres Moyeba memerlukan perhatian dan dukungan pemerintah agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan layak dan aman.

Editor: Labes Remetwa


Klik DI SINI untuk ikuti VIDEO BERITA dari Kabupaten Teluk Bintuni