Langgur, suaradamai.com – Ketua Program Studi Manajemen Rekayasa Pengolahan Hasil Perikanan Politeknik Perikanan Negeri Tual (Kaprodi MRPHP Polikant) Saul Serpara meminta Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara memfungsikan pabrik pengolahan rumput laut yang berlokasi di Ohoi Letvuan, Kecamatan Hoat Sorbay.
Sebagaimana diketahui, pabrik tersebut telah dibangun sejak 2011 lalu. Pabrik yang terletak di lahan seluas 5 hektar ini adalah pabrik yang mengolah rumput laut kering menjadi alkali treated cottoni (ATC) chips atau agar kertas. Dari tempat ini, agar kertas akan diekspor ke negara-negara yang memproduksi karagenan atau agar bubuk yang menjadi bahan penolong industri makanan, kosmetik, ataupun cat tembok.
Dilansir kompas.com (31/10/2011), Wakil Menteri Perindustrian saat itu Alex Retraubun mengatakan, keberadaan pabrik akan menjadi barometer maju tidaknya pembangunan di daerah. Hal ini tidak hanya berlaku di Malra, tetapi seluruh kabupaten di Indonesia, terutama Indonesia timur.
Sayangnya, hingga saat ini, pabrik itu belum juga beroperasi, meski pernah dilakukan uji coba mesin antara tahun 2015-2017.
Sebagai civitas akademik yang fokus pada pengolahan hasil perikanan, Kaprodi MRPHP Polikant Saul Serpara berharap, dalam waktu dekat pemerintah daerah sudah bisa mengoperasikan pabrik tersebut.
Menurut Saul, banyak manfaat bisa didapat jika pabrik ini beroperasi, seperti peningkatan ekonomi terutama bagi pembudidaya rumput laut, peningkatan tenaga kerja, angka pengangguran berkurang, dan lain-lain. Selain itu, juga menjadi tempat belajar bagi mahasiswa Polikant.
Untuk Praktek Kerja Lapangan (PKL) saja, lanjut Saul, Prodi MRPHP harus mengirim mahasiswa belajar di Dobo, Kepulauan Aru. Hal itu karena tidak ada pabrik pengolahan yang sesuai standar di Maluku Tenggara.
“Memang ada, home industry di sini, dan juga perusahaan, tetapi standar kerjanya masih di bawah. Dilihat dari higienitas dan lain-lain,” jelas Saul kepada Suara Damai ketika ditemui di ruang kerjanya, Selasa (20/3/2021).
Jika dibandingkan, lanjut Saul, pembangunan perikanan di Aru sudah lebih berkembang. Bersama investor, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru telah membangun perusahaan pengalengan ikan. Hal ini, menurut Saul, merupakan peluang bagi lulusan Polikant untuk bekerja di sana. Di sisi lain, ini justru merugikan Maluku Tenggara karena kehilangan Sumber Daya Manusia (SDM).
“Kemungkinan, lulusan Polikant akan banyak ke sana. Padahal katong (kita) punya anak daerah sendiri yang semestinya dijaga. Saya termasuk resah,” ujar Saul.
Untuk itu, dia minta Pemkab Malra mengoperasikan pabrik rumput laut di Letvuan. Pemerintah daerah bisa merekrut tenaga kerja lulusan Polikant. Dia sangat yakin, lulusan Polikant punya kemampuan yang memadai untuk mengelola pabrik tersebut.
“Banyak lulusan Polikant. Alumni ini kan ada yang punya keahlian membuat keragenan dan lain-lain. Mereka ini harus diberdayakan,” ujar Saul.
Editor: Labes Remetwa
Kaprodi MRPHP Polikant Saul Serpara berharap, dalam waktu dekat pemerintah daerah sudah bisa mengoperasikan pabrik rumput laut yang ada di Ohoi Letvuan.
Baca juga: