Dolorosa FC, Harapan Baru Sepakbola Maluku Tenggara

Ikuti suaradamai.com dispot_imgspot_imgspot_imgspot_img

“Dalam kelesuhan olahraga, terutama saya sebagai Sekjen PSSI (Malra), mereka hadir untuk membuat iven. Jadi saya agak sombong sedikit karena ada Dolorosa,” ujar Lodwijk.


Langgur, suaradamai.com – Nama Anton Rumangun, seorang pemain bertahan klub Persatuan Sepakbola Maluku Tenggara (Persemalra), hingga penyerang Persipura Boaz Solosa, selalu terdengar di telinga kami sewaktu kecil. Mereka berdua juga yang menginspirasi saya dan teman-teman kompleks Rumah Tiga Langgur untuk menjadi pemain bola profesional.

Setiap sore kami bermain bola di tanah berbatu depan indekos Nene Haar atau depan los (meubeler) tempat tinggal Om Kep. Tak jarang, kami pun bermain di aspal jalan raya Telaver, atau Pasar Langgur (waktu itu belum ramai). Setiap jam istirahat sekolah, kami dari SD Mathias II B Langgur, selalu berhadapan dengan anak-anak SD Mathias II A Langgur. Itu pun masih bermain di tanah berbatu. Jika mendapat lapangan yang rata dan berumput hijau, saya seringkali gugup. Itu seperti sudah bermain di lapangan besar, layaknya seorang profesional.

Kegugupan itu bertambah lagi ketika saya satu kelas dengan anak Anton Rumangun. Saya agak kaget ketika Ongky Rumangun menyebut nama Ayahnya adalah Anton. Tak heran, selama bermain bola di depan kelas C SMP Budhi Mulia Langgur, Ongky sangat lincah dalam menggiring bola. Larinya juga kencang.

Suatu ketika, dalam sebuah perjumpaan dengan seseorang, harapan saya untuk menjadi pemain sepakbola profesional mulai luntur. Pria itu berkata bahwa kita harus sekolah bola baru bisa bermain di klub. Ditambah lagi dengan nama Persemalra yang mulai hilang, meredupkan semangat jadi seorang pemain profesional. Meski begitu, saya tetap main bola sampai sekarang.

Senin, 1 Maret 2021, saya menyaksikan pelantikan kepengurusan periode kedua klub sepakbola Dolorosa FC oleh Sekretaris Jenderal Askab Maluku Tenggara Fillips Lodewijk Rahantoknam, di Balai Ohoi Langgur. Klub yang berdiri sejak tanggal 30 Juli 2019 itu membawa angin segar bagi olahraga sepakbola Maluku Tenggara. Saya tidak masuk dalam pengurus. Saya hanya meliput acara pelantikan tersebut secara profesional.

Pengurus Dolorosa FC mayoritas adalah anak muda. Berpakaian serba putih, mereka sangat antusias mengikuti acara pelantikan. Nager Dumatubun, mantan gelandang Persija Jakarta di Divisi III juga ikut pelantikan. Nager masuk dalam pengurus Dolorosa.

Kepengurusan klub berlambang naga emas itu terdiri atas tujuh komite, yakni pembinaan dan pelatihan, organisasi dan status pemain, kompetisi dan pertandingan, pendanaan promosi dan merketing, medis dan kesehatan, hukum dan humas, dan perwasitan.

“Kemarin, di pengurusan sebelumnya, Dolorosa FC bikin kejuaraan tanpa penonton di Stadion. Saya tidak tahu mereka cari duit dari mana. Maka itu, dalam kelesuhan olahraga, terutama saya sebagai Sekjen PSSI (Malra), mereka hadir untuk membuat iven. Jadi saya agak sombong sedikit karena ada Dolorosa,” ujar Lodwijk.

Sejak dibentuk, Dolorosa mengikuti turnamen Gala Desa 2019 dan meraih juara dua. Kini, walaupun di masa pandemi covid-19, klub sepakbola dari Ohoi Langgur itu akan menyelenggarakan liga persahabatan dalam waktu dekat. Mereka sementara melakukan persiapan-persiapan.

Langkah itu merupakan salah satu cara Dolorosa mempersiapkan diri menghadapi liga 3 sepakbola yang digelar Asprov Maluku di Ambon pada April mendatang. Dolorosa punya visi besar menjadi klub sepakbola papan atas di kanca nasional.

“Setidaknya sama atau lebih dari Persemalra,” ungkap Ketua Umum Pengurus Dolorosa FC Andreas Leisubun kepada saya usai acara pelantikan.

Andreas mengatakan, mereka terus melakukan pembinaan terhadap para pemain. Setiap hari, pemain Dolorosa FC berlatih di Stadion Maren Langgur. Pengurus juga mencari jalan sponsor untuk keberlangsungan tim.

“Dari periode pertama, kami sudah memiliki pemain di berbagai usia. Ada usia 12, 14, 16, 18, 20, 21, dan 20-23,” jelas Andreas.

Andreas optimis Dolorosa FC bisa memperoleh hasil yang baik pada liga 3 Asprov Maluku, sehingga bisa mengikuti liga 3 tingkat nasional di Jakarta.

“Kalo misalnya liga 3 nasional, kami bisa menjadi juara, berarti kami bisa naik di liga 2, bahkan bisa lanjut lagi ke liga utama,” ujar Andreas optimis.

Tidak muluk kalau kita mengatakan Dolorosa FC bisa mendongkrak kembali prestasi Persemalra di kanca nasional.

Saya mewawancarai Fredy Renyaan lewat telepon Messenger, Kamis (11/3/2021). Fredy adalah asisten pelatih Persemalra yang bergabung sejak 2005. Dia menuturkan, prestasi Persemalra mulai beranjak ketika menjuarai zona Maluku pada tahun 2005.

Kemudian lanjut ke tingkat nasional di Tabanan, Bali, dan menjuarai Divisi III sehingga masuk Divisi II pada tahun 2006. Pada tahun itu, mereka bertanding di beberapa kota seperti di Gorontalo, Sorong, dan Palu.

Kemudian tahun 2007, Persemalra tembus Divisi I dan ikut Copa Djie Sam Soe. Persemalra masuk 16 besar. Terakhir, mereka bertanding dengan Persipura di Jayapura, kalah 4-0, dan di Stadion Maren draw 1-1.

Tahun 2008-2009, tim andalan Maluku Tenggara itu masih di Divisi I. Persemalra juga menjuarai Ambon Cup pada 2009 kemudian berhasil masuk runner up Divisi I di Krawang, Jawa Timur, sehingga lolos ke Divisi Utama. Sejak 2010, mereka bertanding di Divisi Utama Liga Indonesia sampai tahun 2013.

“Sejak 2012-2013, tidak ada bantuan lagi. Sudah dilarang menggunakan dana KONI untuk sepakbola profesional. Sehingga itu kendala kita untuk lanjut terus di Divisi Utama,” tutur Fredy.

Pada tahun 2014, Persemalra ingin mendaftar kembali namun sudah terlambat. Ditambah lagi pergolakan sepakbola nasional yang terpecah menjadi dua grup, sehingga mengakibatkan ketidakpastian untuk ikut kompetisi.

“Jadi boleh dibilang, Persemalra sudah off, tenggelam sudah,” ujar dia.

Fredy menambahkan, Persemalra masih bisa bangkit, sebab Kei memiliki banyak anak muda yang berbakat, namun kunci utama terletak pada pendanaan.

“Di daerah lain itu, penonton yang menghidupkan klub, bukan pemerintah. Contoh di Sleman, kelompok-kelompok penonton itu dipegang oleh anggota dewan. Mereka satu kali pertandingan bisa membiayai perjalanan ke Papua, bolak-balik. Kita di sini, mau gratis,” ujar dia menjelaskan kelemahan sepakbola di Malra.

Ikuti suaradamai.com dispot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ronald Tethool

Sosok inspiratif yang berhasil memajukan pariwisata Ngurbloat, Kepulauan Kei, Maluku.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

KOMENTAR TERBARU