Penduduk di wilayah ini berada dititik ekonomi lemah, kebanyakan penduduknya pekerja buruh dan pemulung. Bahkan anak- anak mereka ikut kegiatan yang sama.
Agats – suaradamai.com – Program wajib belajar 9 tahun nyatanya masih menyisakan berbagai persoalan. Masih saja ditemukan anak putus sekolah, atau tidak dapat melanjutkan sekolah formal, bahkan ada anak yang ditemukan tidak pernah mengenyam pendidikan formal.
Seperti yang terjadi pada anak- anak urban yang menempati salah satu titik pemukiman padat penduduk di kota Agats, Asmat, Provinsi Papua Selatan. Pendidikan anak -anak ini benar benar masih jauh dari kata layak.
Penduduk di wilayah ini berada dititik ekonomi lemah, kebanyakan penduduknya pekerja buruh dan pemulung. Bahkan anak- anak mereka ikut kegiatan yang sama.
Kondisi demikian, membuat dinas pendidikan kabupaten Asmat, bidang PAUD dan Pendidikan Non Formal (PNF) berusaha membangun model pendidikan yang memanusiakan dengan membuka kelas membaca, dalam program Pemberantasan Buta Huruf (PBH), di Paud KB Ji Ate Cem dan Cahaya Kasih Bunda bagi anak anak yang bermukim di wilayah tersebut.
Sinta Susi Rahantali, Kepala sekolah Paud KB Ji Ate Cem mengatakan pembelajaran pada wadah PBH semacam memberikan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak agar mereka memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, atau setidak tidaknya dapat memperoleh ijasah paket.
“Anak anak yang dianggap tuntas membaca, selanjutnya akan dibimbing untuk memperoleh ijasah paket sesuai dengan umur masing masing,” pungkas Sinta.