Beranda Budaya “Lutak-lutak,” Makanan Khas Pulau-pulau Kur Kota Tual

“Lutak-lutak,” Makanan Khas Pulau-pulau Kur Kota Tual

0
“Lutak-lutak,” Makanan Khas Pulau-pulau Kur Kota Tual
Lutak-lutak, makanan khas Pulau-pulau Kur, Kota Tual. Foto: Labes Remetwa

Dalam bahasa lokal disebut, “afyaf”. Warga di Kecamatan tetangga, Tayando-Tam, menyebutnya “vor-vor”.


Tual, suaradamai.com – Setiap orang yang berkunjung ke pulau-pulau Kur, Kota Tual, tidak asing dengan “lutak-lutak”.

Bahkan di Kepulauan Kei, Maluku, orang yang hendak ke Bumi Makara itu pasti dipesankan ole-ole lutak-lutak.

Lutak-lutak merupakan makanan khas masyarakat Kur (Kecamatan Pulau-pulau Kur dan Kur Selatan). Dalam bahasa lokal disebut, “afyaf”. Warga di Kecamatan tetangga, Tayando-Tam, menyebutnya “vor-vor”.

Makanan yang satu ini biasanya disajikan untuk sarapan atau snack sore.

Lutak-lutak merupakan campuran dari “enbal” dan kenari. Cara pembuatannya sederhana, tinggal disangrai, dicampurkan, dan digiling/ditumbuk.

Buah kenari dijemur selama 2-3 hari. Kemudian dagingnya dilepas dari cangkang. Enbal atau singkong disangrai hingga garing. Setelah itu kenari dan enbal dicampur dan digiling/ditumbuk hingga halus. Dalam proses ini, biasanya ditambahkan sedikit gula untuk menambah rasa manis. Jadilah lutak-lutak.

Secara tradisional, Afyaf yang sudah siap, dibungkus dengan daun pisang. Lutak-lutak bisa bertahan 2-3 bulan.

“Ini orang Jawa, Bugis, Maluku sampai Papua juga suka makan (lutak-lutak) ini,” kata tokoh agama Desa Finualen Dailo Maswatu kepada Suara Damai, 30 Mei 2021.

Editor: Labes Remetwa


Lutak-lutak bisa bertahan 2-3 bulan.


TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini