Dalam pertemuan AECC ke-22, Indonesia mengusung tema “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth” yang artinya ASEAN dapat menjadi kawasan yang relevan dalam menyikapi dinamika geopolitik kawasan yang semakin dinamis.
Jakarta, suaradamai, suaradamai.com – Pada tanggal 6-7 Mei 2023, telah terselenggara pertemuan Menteri Dewan Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community Council (AECC) ke-22 di Hotel Kempinski, Jakarta.
Pertemuan ini diadakan sebagai rangkaian dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN dan bertujuan membahas berbagai substansi di bidang ekonomi yang akan dibicarakan dan ditetapkan pada KTT ASEAN.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto selaku Ketua AECC memimpin secara langsung pelaksanaan The 22nd ASEAN Economic Community Council Meeting yang juga dihadiri seluruh Menteri Ekonomi dari 10 negara Anggota ASEAN, ditambah kehadiran Menteri Ekonomi dari Timor Leste.
Dalam pertemuan AECC ke-22, Indonesia mengusung tema “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth” yang artinya ASEAN dapat menjadi kawasan yang relevan dalam menyikapi dinamika geopolitik kawasan yang semakin dinamis.
“Untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, Indonesia mendorong agar ASEAN mengembangkan ketahanan kawasan, memperkuat faktor-faktor pendukung, serta mendorong implementasi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP),” tutur Menko Airlangga dalam siaran pers (7/5).
Bicara soal potensi menjadi episentrum pertumbuhan ekonomi dunia, secara statusquo negara-negara ASEAN memang masih tergolong negara berkembang. Namun, kawasan ASEAN telah mencatat kinerja ekonomi yang mengesankan selama dua dekade terakhir.
Mengutip Jakartaglobe, kawasan ini mencatat pertumbuhan ekonomi rata-rata 5 persen, salah satu yang tertinggi di dunia dari tahun 2000-2022. Pada tahun 2022, populasi ASEAN mencapai 672 juta jiwa, sekitar 9 persen dari total populasi dunia, dan kawasan ini menyumbang 6,4% terhadap PDB global.
“Pertumbuhan ekonomi ASEAN diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,7% di 2023 dan mencapai 5,0% di tahun 2024, sehingga menjadikan ASEAN sebagai bright spot on the dark horizon,” jelas Menko Airlangga pada wartawan.
Angka dan prediksi ini membawa pada sebuah optimisme yang secara korporat dapat memperkuat kolaborasi kawasan ASEAN ke arah pertumbuhan ekonomi secara regional. Hal ini harus diupayakan bersama-sama.
Untuk mewujudkan hal ini, dalam pertemuan AECC juga mendiskusikan 16 prioritas ekonomi (Priority Economic Deliverables), isu yang diangkat Indonesia, yang tujuannya meningkatkan daya saing dan konektivitas, serta mengakselerasi transformasi digital.
Para menteri juga sepakat untuk mempercepat perundingan ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA), yang semula dijadwalkan pada 2025 menjadi 2023.
Perundingan ini ditargetkan selesai pada September 2023. Selain itu, penyusunan visi ASEAN Community pasca 2025 juga menjadi bahasan dalam pertemuan ini.
“Para menteri menginstruksikan badan sektoral terkait melakukan konsultasi dengan seluruh elemen masyarakat ASEAN, agar dapat menjaring pandangan dan kebutuhan komunitas ASEAN secara inklusif,” tutup Airlangga.
Baca juga: