Pasar Langgur Terkini: Daya Beli Turun, Penjual Bertambah

Ikuti suaradamai.com dispot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Semua pedagang yang diwawancarai menjelaskan bahwa pendapatan harian mereka turun kurang lebih 50 persen.


Langgur, suaradamai.com – “Dooo, hari-hari katong buka mulut (menawarkan barang jualan) sampe cape,” teriak salah satu pedagang hasil bumi di Pasar Langgur mengungkapkan kondisi pasar yang kurang pembeli.

Suara Damai mewawancarai enam pedagang di Pasar Langgur, Rabu (4/8/2021). Menurut mereka, daya beli di Pasar Langgur selama pandemi Covid-19, terutama dalam dua minggu terakhir ini sangat rendah.

Salah satu pedagang hasil bumi asal Ohoi Uf Kecamatan Kei Kecil Timur Selatan mengatakan, dampak pandemi ini membuat banyak orang berkebun sehingga produksi pertanian meningkat. Akhirnya, lanjut dia, jumlah pedagang khusus pedagang hasil bumi bertambah banyak di pasar.

Aisyah Ohoirat juga membenarkan hal tersebut. Menurut dia, biasanya dia harus mendatangkan hasil bumi seperti ubi-ubian dari luar daerah mendekati musim kemarau seperti sekarang ini. Namun akhir-akhir ini sudah tidak lagi karena produksi meningkat.

Hal ini turut memperparah daya beli di pasar. Semua pedagang yang diwawancarai menjelaskan bahwa pendapatan harian mereka turun kurang lebih 50 persen.

“Dulu (sebelum pandemi) bisa sampai Rp1 juta, tapi sekarang hanya sekitar Rp300 ribu,” kata Jek Fofid, penjual enbal dan sagu. “Dulu Rp400 ribu, sekarang berkisar Rp250 ribu,” tambah salah satu pedagang hasil bumi asal Ohoi Maar.

Kondisi ini juga terjadi pada papalele. Toba Lobubun, papalele asal Ohoi Abean juga menjelaskan demikian. Pendapatan harian sebelum pandemi bisa mencapai Rp1-2 juta, sekarang hanya Rp500-600 ribu. Belum lagi dia harus membayar kredit di koperasi yang juga menguras sebagian besar pendapatannya.

“80 persen pendapatan pake bayar koperasi,” jawab Ibu dua anak itu, singkat.

Pedagang rempah yang juga adalah penyuluh Kementerian Agama itu menambahkan, ada istri pegawai negeri juga akhirnya harus berjualan untuk membantu membiayai hidup di masa-masa sulit ini.

“Contohnya saja saya punya saudara perempuan,” imbuh wanita 50 tahun itu.

Jek Fofid menambahkan, kurangnya aktivitas di Pantai Wisata Ngurbloat dan pelaku perjalanan yang kurang juga menjadi salah satu faktor penyebab dagangan enbal dan sagu menurun.

“Yaa, pembeli di pagi sedikit, siang sedikit, sore sedikit. Kalau sebelumnya itu pagi-pagi paling ramai,” ungkap pria yang sudah berjualan selama 6 tahun di Pasar Langgur itu.

Editor: Labes Remetwa

Ikuti suaradamai.com dispot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ronald Tethool

Sosok inspiratif yang berhasil memajukan pariwisata Ngurbloat, Kepulauan Kei, Maluku.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

KOMENTAR TERBARU