PDIP Respon Golkar-PAN Dukung Prabowo: Kami Terbiasa Dikeroyok

Ikuti suaradamai.com dispot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Meski Prabowo sudah diusung banyak parpol, PDIP meresponi santai.


Jakarta, suaradamai.com – Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) secara resmi telah bergabung bersama Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk mendukung Prabowo Subianto maju sebagai calon presiden (capres) dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Dukungan Golkar dan PAN disampaikan di Museum Proklamasi baru-baru ini dan dihadiri Prabowo sebagai bakal capres (bacapres) pada Pilpres 2024, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.

Dengan bergabungnya PAN dan Golkar, maka Prabowo resmi diusung lima partai. Partai Bulan Bintang atau PBB juga sebelumnya telah menyatakan dukungan untuk Prabowo.

Respon PDIP

Sebelum Golkar dan PAN mengusung Prabowo, kedua partai ini sempat bertemu PDIP. Namun tampaknya tidak ada kecocokan visi sehingga akhirnya berlabuh ke Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang dibentuk Gerindra-PKB.

Meski Prabowo sudah diusung banyak parpol, PDIP meresponi santai.

Ketua DPP PDIP Said Abdullah dalam keterangan resminya mengatakan, PDIP terbiasa dikeroyok, sehingga pihaknya tidak khawatir dengan kubu lawan yang semakin kuat.

“PDI Perjuangan memiliki sejarah panjang sebagai partai yang dididik dan dibesarkan dengan terbiasa dikeroyok secara politik. Di masa orde baru kami mengalami hal itu, dan di masa Jokowi-JK, begitu pula saat ini,” Kata Said.

Dia mengenang pasangan Jokowi-Jusuf Kalla yang diusung PDIP, PKB, NasDem, Hanura dan PKPI pada Pilpres 2014 sebagai bahan cerminan.

Kala itu dukungan partai besar lebih banyak mengalir ke pasangan Prabowo-Hatta Radjasa. Namun, Jokowi-Jusuf Kalla yang memenangkan kontestasi.

“Walau saat itu dari sisi jumlah dukungan partai di pilpres kami kalah jauh, namun dengan soliditas dan kerja politik yang kuat di akar rumput terbukti pasangan Jokowi-JK justru mampu memenangkan pilpres dengan perolehan suara 53,15 persen, sementara Prabowo-Hatta 46,88 persen,” jelas Said.

Said lalu menyinggung kerja sama yang telah dibangun bersama PPP, Hanura dan Perindo. Dia yakin kerja sama itu menguatkan basis dukungan kepada Ganjar Pranowo di Pilpres 2024.

Ia menyebut PPP memiliki kekuatan barisan kiai dan santri. Selain itu, Partai Perindo yang memiliki jaringan kekuatan media dan Partai Hanura yang memiliki kekuatan pendukung yang patut diperhitungkan, khususnya di luar Jawa.

Atas modal politik yang saling melengkapi ini, jelas Said, maka PDIP merasa besar hati.

“Karena konfigurasi politik dengan latar belakang yang beragam dan saling melengkapi telah menjadi modal dasar politik yang penting untuk memenangkan Ganjar Pranowo,” ucapnya.

Said yakin capres dari PDIP Ganjar Pranowo adalah figur yang memiliki prospek magnet elektoral yang sangat besar hingga waktu pencoblosan tiba pada 14 Februari 2024 mendatang.

Lanjut Said, Ganjar punya banyak keunggulan. Mulai dari rekam jejaknya yang baik selama memimpin Jawa Tengah, berkomitmen tinggi terhadap pemerintahan yang bebas korupsi dan bebas konflik kepentingan.

“Potensi inilah yang akan terus kami sampaikan ke rakyat, bahwa sesungguhnya mereka memiliki sosok calon presiden yang memiliki keunggulan kualitatif yang bisa menjawab tantangan masa depan bangsa dan negara kita,” kata Said.

Senada dengan Said, Politikus PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno secara terpisah  mengatakan, deklarasi itu biasa saja karena merupakan kilas balik pada Pilpres 2014 atau sepuluh tahun lalu saat Presiden Joko Widodo pertama kali diusung PDIP untuk maju sebagai presiden.

“Ini seperti kembali ke 2014 lagi, waktu itu Pak Jokowi belum pernah menjabat, partai-partai ini juga tidak mendukung,” kata Hendrawan dalam keterangannya, Minggu (13/8).

Pada 2014, PAN dan Golkar juga menyatakan dukungan untuk Prabowo. Sementara di 2019, Golkar berpaling masuk koalisi bersama PDIP mendukung Jokowi. Jokowi saat itu memiliki peluang yang besar untuk menang dua periode.

“2014 itu Pak Jokowi belum menjabat, 2019 itu sudah incumbent. Waktu 2014 ya partai-partai itu lebih orientasi ke Pak Prabowo. Mereka kan dukung Pak Prabowo dulu. Jadi ya tidak mengejutkan,” katanya.

PDIP tidak mempermasalahkan koalisi atau dukungan PAN dan Golkar, serta PKB terhadap Prabowo. Ia menegaskan situasinya hanya merupakan kewajaran sesama partai politik.

“Tidak masalah, ya itu wajar saja namanya kerja sama,” katanya.


Baca juga:

Ikuti suaradamai.com dispot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ronald Tethool

Sosok inspiratif yang berhasil memajukan pariwisata Ngurbloat, Kepulauan Kei, Maluku.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

KOMENTAR TERBARU