Prihatin dengan Kondisi Pantai yang Rusak, Warga Pasang Sasi di Pulau Kelapa

Ikuti suaradamai.com dispot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Elat (Rahareng Atas), suaradamai.com – Pulau Kelapa dulunya dikenal memiliki pantai yang begitu indah yang dihiasi dengan pasir putih yang membentang di pinggiran pantai. Sayangnya, kondisi tersebut saat ini sudah mengalami degradasi akibat aktivitas jual beli pasir oleh oknum-oknum warga sekitar yang makin meningkat tanpa terkendali.

Apabila situasi tersebut tidak diantisipasi, bukan tidak mungkin pulau yang menyimpan sejumlah destinasi wisata alam yang besar ini akan musnah dalam kurun waktu tertentu. Betapa tidak, saat ini kondisi sebagian besar pulau tersebut makin berbeda dari identitas sebenarnya. Di bagian tertentu, garis pantai Pulau Kelapa makin menipis dan terlihat hanya dipenuhi bebatuan.

Peduli dengan kondisi terancamnya pulau Kelapa, Masyarakat Adat Mer Ohoi Nean khususnya Ohoi Tel Varat (Rahareng, Rahareng Atas dan Wulurat) prihatin dan merasa terpanggil untuk segera mengambil langkah antisipasi. Mereka kemudian memasang Huwear (Sasi) untuk tidak lagi ada aktivitas pengambilan pasir di Pulau Kelapa. Demikian hal ini disampaikan Kepala Ohoi (Kepo) Rahareng Atas Rony Ohoinear kepada Pilar Timur/suaradamai.com di Rahareng Atas, Senin (25/11/2019).

“Maksud dan tujuan kami Ohoi Tel Varat (Kampung sebelah Barat), Rahareng, Rahareng Atas dan Wulurat pasangkan Sasi itu adalah untuk kita menghindar dari abrasi, dalam hal ini pasir yang diangkut oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab sehingga sekarang sudah terjadi pengikisan di Pulau Kelapa. Karena Pulau Kelapa itu merupakan aset bagi kita orang Kei Besar, untuk dijadikan sebagai tempat wisata,” ungkap Rony.

Ia mengungkapkan, aksi pemasangan Huwear tidak serta merta berarti mereka mengklaim diri sebagai pemilik atas Pulau Kelapa. Aksi tersebut, lanjutnya, terjadi karena rasa prihatin terhadap kondisi keberadaan Pulau Kelapa yang saat ini garis pantainya makin menipis akibat abrasi.

“Itu (klaim kepemilikan) bukan tujuan kami, jadi silahkan saja kita semua punya hak untuk menjaga pulau itu untuk tetap terlindungi dari ancaman tenggelam,” ungkapnya.

Lebih lanjut Rony menjelaskan, Pulau Kelapa harus dilindungi dan dijaga keberadaannya bukan hanya karena memiliki kandungan potensi wisata yang menarik. Menurutnya, pulau tersebut juga merupakan filter bagi Kota Elat dan sekitarnya apabila terjadi tsunami atau gelombang tinggi, terutama pada saat Musim Barat tiba.

“Jadi kita semua punya kewajiban menjaga dan melindungi pulau itu (Pulau Kelapa),” jelasnya.

Senada dengan Rony, Kepala Ohoi Wulurat Denis Sarkol di Ohoi Wulurat, Selasa (26/11/2019), menegaskan niat murni pihaknya untuk sekadar melindungi eksistensi Pulau Kelapa. Upaya perlindungan tersebut menurutnya merupakan kewajiban sebagai warga Kei Besar. Ia juga menegaskan kisah tentang keindahan pasir putih di Pulau Kelapa di masa lalu yang kini hanya tinggal kenangan.

“Soal cerita (status kepemilikan) tentang Pulau Kelapa itu kemudian, yang penting kita semua dan pasti siapa pun merasa prihatin melihat keadaan Pulau Kelapa saat ini,” pungkasnya.

Selain terkenal dengan pasir putihnya, ada pula dua buah telaga yang begitu indah dan menakjubkan yang terletak di tengah-tengah Pulau Kelapa. Bukan hanya itu, di pulau tersebut juga terdapat jejak-jejak salah satu kampung tua yang hingga kini masih terlihat jelas dan memiliki nilai sakral tinggi. (tarsytemorubun/NR)

Ikuti suaradamai.com dispot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ronald Tethool

Sosok inspiratif yang berhasil memajukan pariwisata Ngurbloat, Kepulauan Kei, Maluku.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

KOMENTAR TERBARU