Masyarakat suku bangsa Kei memiliki banyak corak seni tari. Saryat, Sosoi, Temar Rubil dan lainnya merupakan tarian yang umum ditemukan dan dipraktekan. Selain itu, beberapa ohoi bahkan lahir dengan kreasi seni khas mereka dan bertahan dari waktu ke waktu, termasuk di dalamnya Ohoi Evu dengan Tari Burung Talang-nya.
Langgur (Evu), suaradamai.com – Ohoi Evu oleh kebanyakan orang lebih dikenal melalui Wear Mas Il atau Sungai Mas Il. Dengan air yang bening nan sejuk, Ohoi Evu menjadi salah satu destinasi wisata pemandian alam yang selalu mengundang daya tarik wisatawan lokal dan mancanegara. Kendati demikian, Ohoi Evu sebenarnya menyimpan hal-hal menarik namun tidak banyak diketahui banyak orang, termasuk warga masyarakat Nuhu Evav.
Dari sekian banyak ohoi di Kepulauan Kei, Ohoi Evu menampilkan corak kesenian rakyat dalam bentuk tarian yang lahir dari kreatifitas berpikir orang Evu sendiri dan tentunya berbeda dengan corak kesenian masyarakat Evav yang secara umum dapat dijumpai di Kepulauan Kei.
Saat ini Ohoi Evu memiliki dua bentuk tarian yang diprakarsai langsung oleh putra-putra terbaik ohoi, salah satunya adalah Tarian Talang. Lukas Elmas dan Dum Lowair adalah dua tokoh yang pertama kali menemukan ide untuk menciptakan Tarian Talang atau Tarian Burung Talang. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Ohoi (Orang Kai) Evu Lambertus Songbes ketika ditemui Pilar Timur/suaradamai.com di kediamannya, Selasa (12/11/2019).
Songbes mengisahkan bahwa ide untuk merumuskan Tarian Talang pertama kali tercetus ketika Lukas Elmas dan Dum Lowair duduk di pantai berpasir putih di Ohoi Wab Ngufar. Sambil meneguk kopi, kedua tokoh penting di balik lahirnya Tarian Talang ini memperhatikan aktifitas Burung Talang yang sementara terbang dan menukik menerkam ikan di laut. Gagasan untuk melahirkan bentuk kesenian tari dari aktifitas Burung Talang kemudian lahir namun akhirnya sosok Lukas Elmas-lah yang kemudian berhasil mengkreasi pengalaman ini menjadi tarian yang hingga saat ini terus dipraktekkan oleh masyarakat Ohoi Evu.
“Ide Tarian Talang pertama kali dipikirkan untuk diciptakan itu di pasir putih di Ohoi Wab di bawah Pohon Bintanggor. Bapak Lukas Elmas dan Dum Lowair dorang dua baku ipar, duduk minum kopi. Saat itu suana teduh dan Burung Talang bermain di udara. Mereka duduk memperhatikan gerak gerik talang itu sampai turun ambil ikan. Lalu mereka menciptakan tarian itu, tapi bapak Dum tidak berhasil. Hanya bapak Lukas Elmas yang berhasil,” ungkap Songbes.
Untuk menjaga kelestariannya, selaku Kepala Ohoi, Songbes menuturkan bahwa dirinya dan masyarakat Ohoi Evu dari waktu ke waktu terus menjaga dan melestarikan segala bentuk kearifan lokal yang telah dibangun oleh tetua ohoi, termasuk di dalamnya pelestarian Tarian Talang. Oleh karena itu, ohoi secara khusus memberikan kepercayaan kepada beberapa tokoh masyarakat yang dinilai cakap mempraktekkan Tarian Talang untuk menjadi pelatih yang bertugas melatih anak-anak muda Evu.
“Dari Bapak Lukas Elmas sebagai pencipta, tarian ini diteruskan kepada bapak Stanislaus Elmas untuk diajarkan, kemudian bapak Donatus Songbes, lalu Bartolomeus Elmas. Diteruskan lagi kepada bapak Viktorianus Sirken kemudian Bapak Buce Sirken dan saat ini ditangani oleh Gero Elmas,” tutur Songbes.
Tarian talang pada beberapa kesempatan acara akbar yang digelar oleh pemerintah daerah, selalu ditampilkan oleh Ohoi Evu. Perlu diketahui bahwa dalam seni tari selain Tarian Talang, Ohoi Evu memiliki tarian khas lainnya. Salah satunya adalah Tarian Padi. (pietres/NR)