Seniman Muda Kei yang Ubah Kayu dan Tempurung Kelapa Jadi Alat Musik

Ikuti suaradamai.com dispot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Alat musik karya Atyho pernah dipentaskan di beberapa Event Festival besar di Kota Ambon, Makassar dan Bali bahkan di Kota London, Inggris.


Langgur, suaradamai.com – Kaum milenial dewasa ini sudah sangat tidak simpati atau peduli pada hal-hal yang berhubungan dengan alat musik tradisional. Anggapan terhadap istilah tradisional adalah kuno, tidak modern, tidak keren. Tak jarang, peminat alat musik tradisional adalah orang yang sudah berumur atau tua.

Walau demikian, hal itu tidak berlaku bagi Atyho, sapaan akrab Muhamad F. Difinubun. Seniman muda itu tinggal di Desa Fiditan, Kecamatan Dullah Utara, Kota Tual.

Atyho bercerita, ketertarikannya pada dunia seni mulai sejak ia kecil. Itu tidak terlepas dari pengaruh lingkungan keluarga yang memang cinta seni. Bahkan, setelah menjadi mahasiswa jurusan Sains Kimia, ia lebih banyak menghabiskan waktu menekuni dunia seni dengan terlibat dalam berbagai komunitas seni, ketimbang mengikuti pelajaran sains kimia.

“Saya pernah kuliah di Makassar jurusan sains kimia dan seni rupa, namun saya lebih memilih untuk membuat alat musik tradisional sesuai hobi saya. Bagi saya, Kimia itu baik namun sulit dijelaskan dalam bentuk visual. Sedangkan alat musik itu bagian dari karya seni rupa,” cerita Atyho kepada Suara Damai di laboratorium miliknya, Sabtu (27/2/2021).

Atyho telah membuat tujuh jenis alat musik tradisional berbahan dasar tempurung kelapa dan kayu. Ia menggunakan kayu sebagai tangkai, dan tempurung kelapa berukuran besar dan berbentuk lonjong sebagai tabung suara untuk jenis alat musik tiup dan alat musik gesek. Alat itu dilengkapi dengan fingerboard serta ornamen lainnya. Untuk menamakan alat musik ciptaannya, Atyho cenderung menggunakan bahasa Kei yang hubungannya dengan falsafah hidup orang Kei.

“Alat musik yang saya ciptakan itu berdasarkan imajinasi saya sendiri, namun saya tidak menafikan bahwasanya alat musik yang saya ciptakan itu ada kesamaan atau kemiripan dengan alat musik lain. Makanya saya utamakan adalah deskripsinya supaya bisa membedakan alat musik ini dengan alat musik yang lain,” jelas Atyho.

Atyho mengaku dirinya tak memahami banyak soal musik. Baginya, untuk menciptakan alat musik, yang terpenting adalah alat itu bisa menghasilkan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, nada, dan harmoni.

“Kan musik itu kita sulap dari ketiadaan, tinggal nadanya diatur oleh gerakan tangan dan jari yang seakan menghipnotis udara,” begitulah ungkapan Atyho.

Alat musik karya Atyho pernah dipentaskan di beberapa Event Festival besar di Kota Ambon, Makasar dan Bali bahkan di Kota London, Inggris, pada Februari 2019. Selain itu, ia pernah ikut dalam kompetisi Go Ahead Challange 2018 karya tanpa batas di Creative Academy Jakarta tahun 2018 dan mendapat aspirational rewards karena menang pada kategori visual art X musik.

Muhamad F. Difinubun, akrab disapa Atyho, mengerjakan alat musik tradisional di bengkelnya di Desa Fiditan, Kecamatan Dullah Utara, Kota Tual, Sabtu (27/2/2021). Foto: Petter Letsoin
Muhamad F. Difinubun, akrab disapa Atyho, mengerjakan alat musik tradisional di bengkelnya di Desa Fiditan, Kecamatan Dullah Utara, Kota Tual, Sabtu (27/2/2021). Foto: Petter Letsoin

Atyho mengaku dia pernah menolak menetapkan hak cipta hasil karyanya dari Kota Makassar. Seniman muda itu berharap Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual lebih peduli terhadap karya anak Negeri, sehingga hak cipta tidak dicopot atau diambil oleh daerah lain.

“Saya harap ada perlindungan terhadap hak cipta. Kalau pemerintah ingin jadikan alat musik ini untuk kebutuhan pariwisata, saya lebih senang,” pungkas Atyho.

Editor: Labes Remetwa


“Kan musik itu kita sulap dari ketiadaan, tinggal nadanya diatur oleh gerakan tangan dan jari yang seakan menghipnotis udara,” begitulah ungkapan Atyho.


Baca juga:

Ikuti suaradamai.com dispot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ronald Tethool

Sosok inspiratif yang berhasil memajukan pariwisata Ngurbloat, Kepulauan Kei, Maluku.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

KOMENTAR TERBARU