Sering Beri Anak Mie Instan, Ini Bahayanya

Ikuti suaradamai.com dispot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Dengan semua keunggulannya itu, mie instan ternyata berbahaya jika sering dikonsumsi, apalagi oleh anak-anak.


Suaradamai.com – Mie instan adalah salah satu makanan siap saji yang paling digemari oleh orang dewasa bahkan anak-anak. Selain mudah disajikan, rasanya enak, dan mudah didapatkan dengan harga yang sangat terjangkau.

Namun, dengan semua keunggulannya itu, mie instan ternyata berbahaya jika sering dikonsumsi, apalagi oleh anak-anak. Risiko akibat anak sering mengonsumsi mie instan, wajib diketahui dan diwaspadai oleh orang tua.

Berbagai penelitian kesehatan tentang bahaya mie instan bagi anak yang dimuat dalam artikel hellosehat menjelaskan, keseringan mengonsumsi mie dapat meningkatkan risiko penyakit jantung  pada anak di usia muda.

Mie instan biasanya sarat akan lemak, terutama lemak jenuh. Lemak pada makanan berfungsi untuk memberi rasa dan tekstur yang dibutukan anak untuk membentuk jaringan saraf, hormon dan cadangan energi. Namun, jika berlebihan akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

Akibatnya, kadar kolesterol jahat (Low Density Lipoprotein) dalam tubuh anak akan meningkat. Jika dibiarkan menumpuk, dapat meningkatkan risiko penyakit jantung di kemudian hari.

Selain risiko penyakit jantung, asupan lemak berlebih dalam mie instan juga dapat menyebabkan kenaikan berat badan bahkan obesitas. Mie instan juga dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2, ketidakseimbangan hormonal, gangguan pertumbuhan tulang, penyakit sendi, paru-paru, jantung, gangguan tidur, dan sindrom metabolik.

Anak juga bisa mengalami hipertensi karena mie instan memiliki kadar garam yang relatif tinggi. Bahkan menurut Center for Disease Control and Prevention, 1 dari 6 anak yang berusia 8 hingga 17 tahun memiliki tekanan darah tinggi. Meskipun efeknya tidak segera terlihat, tetapi berisiko terkena penyakit jantung dan stroke di kemudian hari.

Anak juga akan lebih hiperaktif karena mie instan juga mengandung berbagai macam zat aditif seperti pengawet hingga pewarna buatan. Benjamin Feingold adalah dokter ahli alergi yang pertama kali mengemukakan bahwa zat pewarna dan pengawet makanan berisiko pada perilaku anak.

Penelitian terhadap 300 jenis zat aditif tersebut menunjukkan hasil bahwa pewarna dan pengawet makanan berhubungan dengan gangguan hiperaktif dan gangguan perilaku pada anak.

Penelitian yang dicantumkan dalam buku berjudul Why Your Child Is Hyperactive yang terbit di New York pada tahun 1975 ini terus dijadikan rujukan oleh para ahli hingga saat ini. Meski begitu, hubungan antara zat aditif dengan hiperaktif pada anak masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Jika anak tidak memiliki pilihan makanan lain selain mie instan, maka bisa menyiasatinya dengan menambahkan sayuran dan lauk agar tetap terpenuhi kebutuhan nutrisinya. Selain itu, kurangilah porsi mie instan yang disajikan, misalnya hanya setengah bungkus saja, lalu dikombinasikan dengan sayuran yang direbus.

Namun untuk berhati-hati terhadap berbagai risiko kesehatan, upayakan sebisa mungkin agar anak tidak sering makan mie atau makanan instan lainnya.

Editor: Labes Remetwa


Upayakan sebisa mungkin agar anak tidak sering makan mie atau makanan instan lainnya.


Ikuti suaradamai.com dispot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ronald Tethool

Sosok inspiratif yang berhasil memajukan pariwisata Ngurbloat, Kepulauan Kei, Maluku.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

KOMENTAR TERBARU