Berawal dari reuni angkatan SMP Seminari SYT Langgur dan SMP Budhi Mulia Langgur, lahir sebuah gerakan pendidikan untuk mencerdaskan anak bangsa di Kepulauan Kei.
Langgur, suaradamai.com – Hari itu, 26 Mei 2017 atau tujuh tahun yang lalu, sekelompok anak muda mengadakan reuni sederhana di Langgur. Mereka adalah alumni SMP Seminari Santo Yudas Thadeus Langgur dan SMP Budhi Mulia Langgur angkatan tahun 2002.
Seperti reuni pada umumnya, mereka bertemu untuk mengenang kisah-kisah semasa sekolah, saling menanyakan kabar, dan keadaan teman-teman.
Makin larut, cerita makin serius. Kali ini tentang Tanah Kei, tentang apa yang bisa mereka lakukan untuk Nuhu Evav.
Pendidikan pun jadi topik utama. Mereka menemukan, salah satu faktor yang menghambat perkembangan di daerah adalah kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Ketika itu mereka menilai bahwa ternyata pendidikan di Kei masih rendah dibandingkan dengan daerah lain.
Dari diskusi itu, muncul ide untuk mengembangkan pendidikan. Mereka kemudian melahirkan gerakan pendidikan, sebuah komunitas relawan yang mereka sebut Gerakan Kei Cerdas atau GKC.
Dalam menjalankan komunitas, GKC punya moto atau prinsip atau pedoman yakni “non scholae, sed vitae discimus”. Sebuah ungkapan dalam bahasa Latin yang artinya kita belajar bukan untuk sekolah melainkan untuk hidup.
Apa yang (sudah) dilakukan GKC?
Dalam perjalanan selama tujuh tahun, GKC juga mengalami pasang surut jumlah anggota seperti komunitas relawan pada umumnya. Secara total, jumlah anggota GKC mencapai hampir 100 orang. Hingga kini yang aktif sekitar 20an anggota.
GKC juga telah enam kali merotasi kepemimpinan. Awalnya dipimpin oleh Ones Kowarin, kemudian Yonas Sumanik, Gregorius Jeujanan, Otis Jamrewav, Felix Raharusun, dan saat ini Lukas Welafubun.
Soal apa yang sudah dilakukan GKC, terlalu banyak jika disebutkan satu per satu. Namun, beberapa di antaranya adalah Festival Pendidikan di Ohoira, Kecamatan Kei Kecil Barat, Kabupaten Maluku Tenggara, pada tahun 2017.
Kemudian Festival Permainan Tradisional di Ngadi, Kecamatan Dullah Utara, Kota Tual, pada tahun 2019, yang dibuka langsung oleh Wali Kota Tual saat itu Adam Rahayaan; Kegiatan-kegiatan lain pada saat peringatan hari besar seperti 17 Agustus dan 2 Mei.
GKC juga menjadi salah satu penggagas Rumah Baca “U Loang Dad Nuhu Evav” di Pantai Ngurbloat, Ohoi Ngilngof, Kecamatan Manyeuw, Kabupaten Maluku Tenggara.
GKC bahkan punya sekolah binaan di Kompleks Rev Vatwahan, Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara. Sekolah binaan itu disebut “Sekolah Kita”, sebuah wadah pendidikan non-formal bagi anak-anak yang tidak mencicipi pendidikan formal.
Selain itu, GKC mengadakan Tour Ohoi/Desa setiap bulan. Terhitung, sudah 25 ohoi atau desa di Kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual yang didatangi GKC setiap bulan. Lewat kegiatan itu, GKC mengajarkan anak-anak Kei tentang membaca, berhitung, dan berkreativitas.
Selain mengadakan kegiatan secara mendiri, GKC juga bekerjasama dengan PT. Epson Indonesia untuk memberi bantuan fasilitas pendidikan kepada SD Naskat Revav, SD Inpres Yatvav, dan SMP Pancasila Ohoidertutu pada tahun 2021.
Mereka juga berkolaborasi dengan komunitas lain seperti Bengkel Sastra Nuhu Evav (BSNE), Heka Leka, Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara dan Pemerintah Kota Tual; hingga Putri Indonesia dalam kegiatan penanaman mangrove di Yanroa, Ohoi Ngilngof, Kecamatan Manyeuw, Kabupaten Maluku Tenggara.
Dalam perjalanannya selama tujuh tahun ini, GKC meraih sejumlah prestasi baik tingkat kabupaten/kota, provinsi, hingga nasional, seperti Juara I Lomba Video Permainan Tradisional se-Indonesia; Finalis Lomba Pendidikan yang diselenggarakan PT. Astra Internasional Indonesia; dan saat ini GKC mewakili Maluku dalam kegiatan Pemuda Pelopor se-Nusantara.
Banyak Anak Kei Punya Potensi, Tetapi Kurang Wadah
Sembari menjalankan program dan kegiatannya, GKC juga ikut mengevaluasi dunia pendidikan di Kei. Komunitas peduli pendidikan itu menemukan bahwa banyak anak Kei punya potensi, tetapi kekurangan wadah untuk menyalurkan potensi itu.
Hal itu mereka dapatkan ketika mengunjungi ohoi-ohoi. Terhitung GKC sudah mengunjungi 25 desa/ohoi di Kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual.
Setiap kali mengunjungi ohoi, relawan GKC mengajarkan anak-anak membaca, menulis, berhitung, dan kreativitas lainnya seperti melukis menggunakan sampah plastik, membuat kerajinan, dan sebagainya.
“Kami biasanya tutup (kegiatan Tour Ohoi) dengan kegiatan pentas seni. Di situ, adik-adik menunjukkan bakat mereka. Ternyata kami menemukan bahwa sebenarnya banyak anak di Kei punya potensi luar biasa. Hanya saja mereka tidak diberikan ruang, wadah, untuk menunjukkan potensi yang mereka punya,” ungkap Ketua Komunitas GKC Lukas Welafubun kepada Suaradamai.com, Minggu (26/5/2024).
Welafubun mengaku, mereka selalu dibuat tercengang oleh anak-anak di setiap ohoi yang mereka kunjungi. Anak-anak ternyata punya kemampuan yang luar biasa di berbagai bidang, seperti membaca puisi, menari, menyanyi, bertutur, teatrikal, monolog, dan banyak lagi.
Editor: Labes Remetwa