Dicky menjelaskan bahwa gejala infeksi COVID-19 dari subvarian yang beredar saat ini cenderung mirip dengan influenza, sehingga bisa sulit dibedakan tanpa tes.
Jakarta, suaradamai.com – Peningkatan kasus COVID-19 kembali terjadi di sejumlah negara Asia, dipicu oleh kemunculan varian-varian baru virus corona. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat bahwa varian MB.1.1 yang merupakan turunan dari varian Omicron—saat ini menjadi jenis yang paling dominan.
Menanggapi situasi tersebut, epidemiolog Dicky Budiman mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik. Ia menekankan pentingnya kembali menjalankan pola hidup sehat serta menggunakan masker, terutama di tempat ramai atau dengan sirkulasi udara buruk.
“Penggunaan masker masih relevan dalam situasi saat ini, meskipun tidak seketat masa pandemi. Masker sebaiknya tetap digunakan di transportasi publik atau area dengan kualitas udara yang buruk, karena ini juga membantu mencegah penyebaran infeksi saluran pernapasan lainnya,” jelas Dicky, dikutip dari Detik.com.
Gejala dan Kebutuhan Tes COVID-19
Dicky menjelaskan bahwa gejala infeksi COVID-19 dari subvarian yang beredar saat ini cenderung mirip dengan influenza, sehingga bisa sulit dibedakan tanpa tes.
“Secara umum, gejala yang muncul seperti batuk, pilek, demam, nyeri saat menelan, dan sakit kepala. Tidak seperti masa awal pandemi, gejala seperti anosmia (kehilangan penciuman) kini jarang ditemukan,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa walaupun tidak wajib, masyarakat dapat melakukan tes COVID-19 secara mandiri di fasilitas kesehatan untuk memastikan diagnosis, terutama jika gejala berlangsung lebih lama dari biasanya.
“Kalau flu biasa mungkin mereda dalam tiga hari, COVID-19 bisa bertahan hingga lima hari atau lebih, tergantung daya tahan tubuh masing-masing,” kata Dicky.
Kemenkes dan para ahli terus mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, menjaga kebersihan, serta melengkapi vaksinasi agar potensi penularan dapat diminimalkan di tengah dinamika varian baru.
KOMENTAR TERBARU