BerandaLintas MalukuWagub Maluku: Perdamaian Lebih Mulia dari Perpecahan

Wagub Maluku: Perdamaian Lebih Mulia dari Perpecahan

“Kami tidak bisa membangun Maluku sendirian. Diperlukan kekuatan dari seluruh elemen, termasuk para tokoh agama. Karena itu, kehadiran kami adalah bentuk penghormatan dan dukungan bagi semua umat beragama di Maluku,” ujar Wagub.


Ambon, Suaradamai.com – Wakil Gubernur Maluku Abdullah Vanath menghadiri perayaan Gema Waisak Nasional 2025 yang digelar di Aula Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Maluku, Senin (19/5/2025). Dalam sambutannya, ia menegaskan pentingnya menjaga perdamaian dan kerukunan sebagai fondasi utama membangun Maluku yang inklusif dan harmonis.

Mengawali pidatonya, Wagub menyampaikan permohonan maaf atas ketidakhadiran Gubernur Maluku yang harus menjalankan agenda penting lainnya. Namun, ia memastikan kehadirannya mencerminkan komitmen Pemerintah Provinsi Maluku dalam mendukung penuh seluruh kegiatan keagamaan, termasuk yang dilaksanakan oleh umat Buddha.

“Kami tidak bisa membangun Maluku sendirian. Diperlukan kekuatan dari seluruh elemen, termasuk para tokoh agama. Karena itu, kehadiran kami adalah bentuk penghormatan dan dukungan bagi semua umat beragama di Maluku,” ujar Wagub.

Pesan Toleransi dan Kebhinekaan

Dalam pidatonya yang sarat pesan toleransi, Wagub mengajak masyarakat untuk terus merawat semangat saling menghormati antarumat beragama. Ia juga menyinggung kontribusi tokoh-tokoh Maluku dalam sejarah bangsa, khususnya dalam merumuskan sila pertama Pancasila menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

“Tidak ada alasan bagi orang Maluku, apalagi yang duduk di pemerintahan, untuk tidak memastikan semua agama mendapat ruang yang setara. Negara hadir untuk semua umat,” tegasnya.

Wagub mengingatkan pentingnya menjaga kebebasan beragama tanpa memaksakan keyakinan tertentu dalam ranah pemerintahan.

“Silakan umat beragama menjalankan ajarannya masing-masing. Tapi jangan paksa orang lain berpikir seragam. Kita harus mampu hidup berdampingan dalam perbedaan,” katanya.

Ia juga menyinggung bahaya fanatisme berlebihan yang kerap memicu konflik, mencontohkan kondisi negara-negara Timur Tengah yang dihantui perpecahan meskipun hanya memiliki dua mazhab utama.

“Kita di Indonesia, dengan ratusan suku dan agama, bisa hidup rukun. Itu luar biasa. Jangan justru belajar dari mereka yang belum selesai dengan konflik,” ujarnya disambut tepuk tangan hadirin.

Apresiasi terhadap Umat Buddha

Wagub memberikan apresiasi kepada umat Buddha di Maluku atas terselenggaranya Gema Waisak untuk pertama kalinya di provinsi ini. Ia juga menyebut peran para tokoh dan akademisi Buddha, seperti Prof. Pili Wijaya, yang telah turut memperkenalkan nilai-nilai budaya dan ajaran Buddha ke tingkat global.

“Kegiatan seperti ini tidak hanya menumbuhkan semangat kebersamaan, tetapi juga berpotensi menjadi daya tarik wisata spiritual dan budaya di masa depan. Pemerintah akan mendukung penuh,” ujarnya.

Makna Waisak: Damai dan Kendali Diri

Sebelumnya, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Maluku, H. Yamin, dalam sambutannya mengucapkan selamat Hari Raya Trisuci Waisak 2569 BE kepada umat Buddha. Ia menekankan pentingnya ajaran Buddha sebagai pedoman moral yang menumbuhkan kasih sayang, pengendalian diri, dan cinta damai.

“Dengan tema nasional ‘Tingkatkan Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan Mewujudkan Perdamaian Dunia’, perayaan Waisak tahun ini menjadi momen penting untuk memperkuat moderasi beragama dan keharmonisan di tengah masyarakat multikultural,” tutup Yamin.


ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -
- Advertisment -

TERPOPULER

- Advertisment -

KOMENTAR TERBARU