“Kalau kita mengekspolitasi sisi laut dan kita tidak memperhatikan sisi darat, suatu waktu akan terjadi pengangguran dan terjadi kemiskinan ekstrem di Kabupaten Kepulauan Aru,” Bupati Kepulauan Aru Timotius Kaidel.
Dobo, suaradamai.com – Bupati Kepulauan Aru Timotius Kaidel tengah menyiapkan sebuah terobosan di sektor darat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Bumi Jargaria. Gebrakan itu dilakukan melalui penanaman 10 juta pohon kelapa.
Kepada suaradamai.com di ruang kerjanya, Jumat (23/5/2025), Bupati Kaidel menjelaskan bahwa salah satu potensi besar di Aru yang terabaikan adalah perkebunan kelapa. Potensi emas hijau ini dimulai sejak abad ke-18 sampai 19 oleh Belanda.
Kendati demikian, menurut Kaidel, peninggalan Belanda tersebut tidak mendapat perhatian, baik oleh pemerintah pusat maupun daerah. Karena itu, ia berupaya menghidupkan kembali perkebunan itu di masa pemerintahannya bersama Wakil Bupati Mohamad Djumpa.
Selain memiliki prospek pasar yang baik di dunia, Bupati Kaidel melihat kelapa sebagai salah satu sumber daya berkelanjutan yang harus digalakan sebagai bekal bagi generasi Aru kedepan.
“Ini yang kedepan kita Kabupaten Kepulauan Aru melihat potensi itu. Kita mau kembangkan apa yang sudah pernah ada. Membangun dari sektor darat, tentang sistem ekonomi hijau, target kita kedepan, kita fokus untuk pembenahan perkebunan kelapa di Aru,” ujar Bupati Kaidel.
Bupati Kaidel menjelaskan, kelapa punya prospek yang sangat baik. Sebab, seluruh bagiannya dapat dimanfaatkan, seperti sabuk, tempurung, daging, hingga ampas daging yang kini juga dijadikan tepung.
“Makanya permintaan dunia terutama di China, Tiongkok itu, sekarang menargetkan Indonesia sebagai satu daerah yang harus dieksplor. Dan permintaan terus melonjak. Sampai sekarang terjadi kelangkaan kelapa di Indonesia. Santan kelapa jadi langka. Ini akibat dari permintaan kelapa buah yang sangat besar,” ungkap Kaidel.
Bupati Kaidel tidak bermaksud untuk mengubah kebiasaan masyarakat di Aru yang sekitar 90 persen bergantung pada laut. Kaidel mengatakan bahwa ia hanya menyiapkan sumber daya lain sebagai bekal bagi anak cucu.
“Kalau kita mengeksploitasi sisi laut dan kita tidak memperhatikan sisi darat, suatu waktu akan terjadi pengangguran dan terjadi kemiskinan ekstrem di Kabupaten Kepulauan Aru. Karena itu, Pemerintah Daerah harus bijak melihat potensi daerah kedepan untuk memulai suatu terobosan baru bagi masyarakat,” ujar Kaidel.
Goda investor dengan 10 juta pohon kelapa
Bupati Aru Timotius Kaidel bakal menggoda investor untuk membangun industri kelapa di Kepulauan Aru. Sebab itu, Aru, menurut Kaidel, harus menyiapkan bahan baku yang dapat menjawab kebutuhan perusahaan.
“Target kita dengan 10 juta pohon kelapa ini bangkit, berdiri. Dengan demikian kita menarik investor masuk ke daerah agar hilirisasi itu akan ada di Kabupaten Kepulauan Aru. Dengan 10 juta pohon kelapa. Kita di kisaran panen, 1 musim panen 3 bulan itu, di kisaran 360.000 ton. Itu target kita. Dengan demikian kita siap dalam hal penyiapan bahan baku,” ujar Kaidel.
Bupati Kaidel optimis jika hal tersebut bisa dicapai, maka akan menjadi salah satu sumber ketahanan pangan bagi Kabupaten Kepulauan Aru kedepan, sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan baru, mengurangi kemiskinan, dan tentunya mensejahterahkan masyarakat Bumi Jargaria.
“Kalau kita punya sumber daya atau bahan baku sudah tersedia. Dengan demikian hilirisasi itu sudah akan muncul. Sudah bisa produksi kelapa hari ini di sini. Besok-besok, 5 tahun kedepan, harga kelapa yang tadi kopra itu 20 ribuan. Kopra itu bisa dua kali lipat harganya, karena kita tidak lagi ongkos pengiriman,” ujar Kaidel.
Kaidel menegaskan, bahan baku kelapa tidak bisa didapatkan dalam jangka waktu singkat. Karena itu harus memulai dari sekarang. Jika tidak, maka lima tahun kedepan Aru makin ketinggalan.
10 juta pohon emas hijau
Bagaimana menyiapkan 10 juta pohon kelapa dalam lima tahun? Bupati Aru Timotius Kaidel optimis Aru bisa tampil sebagai salah satu produsen kelapa di Indonesia. Ia pun telah menggerakan semua pihak untuk fokus pada proyek satu ini.
“Semua stakeholder, semua desa, dinas teknis, kita sekarang sudah gerakan. Dengan dana desa, ada satu menu tentang ketahanan pangan. Ini kita lagi review seluruh dana desa mulai tahun ini, supaya ada program ini kita masukkan secara bertahap selama lima tahun,” jelas Bupati Kaidel.
Selain menggunakan dana desa, Bupati Kaidel mengatakan, pihaknya juga bakal menggunakan APBD untuk mendukung kelancaran program ini.
Kaidel menerangkan, buah kelapa yang dipanen oleh petani atau masyarakat adat, tidak lagi dijual sebagai kopra, tetapi bakal dijadikan bibit. Bibit tersebut kemudian dibeli oleh pemerintah daerah dengan skema subsidi.
“Kelapa dijadikan bibit kelapa. Nanti ada sharing dana untuk subsidi. Supaya menambah dia punya penghasilan karena dia tidak lagi bikin kopra,” jelas Kaidel.
“Semua kelapa ini akan dijadikan bibit dan masyarakat itu secara kontinyu setiap hari kita target 10-20 pohon kelapa per keluarga harus ditanam. Kalau kita target dengan populasi kita ada sekitar 25.000 Kepala Keluarga hari ini. Berarti ada sekitar 250.000 pohon kelapa yang setiap hari akan tumbuh. Itu target kita,” jelas Kaidel.
Tidak sebatas itu, Bupati Kaidel ingin memastikan kepemilikan kelapa tetap menjadi hak masyarakat adat atau petani dan keturunannya. Sehingga perlu ada dasar hukum bagi mereka.
“Hutan-hutan adat ini akan kita jadikan hutan kelapa. Dan kita buat dalam ahli waris. Kita tahu bahwa tanaman kelapa ini tanaman umur panjang. Kalo orang Maluku bilang tanaman umur panjang ini akan jadi dalam beberapa keturunan. Dan harusnya dibuat sebuah akta notaris untuk ahli waris. Supaya besok-besok anak cucunya bisa menikmati apa yang ditanam oleh orangtuanya hari ini,” jelas Kaidel.
Editor: Labes Remetwa
KOMENTAR TERBARU