Benda-benda pusaka harus dijaga dan dilestarikan karena ini menyangkut jati diri dan kebesaran.
Elat (Wulurat), suaradamai.com –Masyarakat Ohoi/Desa Wulurat berkomitmen mewujudkan ohoinya sebagai salah satu wisata budaya di Kepulauan Kei yang dapat diandalkan. Perlahan-lahan pemerintah ohoi bersama masyarakatnya menata ohoi, terutama aset ohoi yang berpotensi menopang ohoi wisata budaya, seperti Benteng Koyamfaak.
“Ohoi Wulurat sudah dicanangkan sebagai salah satu ohoi wisata budaya di Kepulauan Kei. Jadi kami (masyarakat Wulurat) sudah sepakat untuk menata dan membenahi semua potensi yang ada untuk mendukung Ohoi Wisata Budaya Wulurat,” kata Kepala Ohoi (Kepo) Wulurat Denis Sarkol kepada awak media ini di Wulurat, Kamis (23/1/20).
Sejak terbentuknya Ohoi Wulurat, dalam Benteng Koyamfaak ada 4 rumah adat, yakni mata rumah Rahan Nganu dari keluarga besar Moryaan, Rahan Renmas dari keluarga besar Morwarin, Rahan Matli dari keluarga besar Rahangiar, dan Rahan Suwer dari keluarga besar Sarkol.
Saat ini, sudah ada 3 rumah adat, mata rumah Sarkol, Rahangiar, dan Morwarin. Rumah adat Moryaan baru mulai dibangun pada Kamis (23/1/20) lalu.
Dalam 4 rumah adat tersebut akan disimpan harta dan benda-benda pusaka milik dari masing-masing mata rumah.
“Masing-masing marga akan menentukan keluarga siapa yang tinggal dan jaga (rumah adatnya),” ungkap Sarkol.
Pemerintah Ohoi Wulurat dalam master plan-nya menargetkan dalam 3 tahun kedepan Ohoi Wisata Budaya Wulurat sudah rampung.
“Kami juga akan bangun satu museum menampung semua benda pusaka yang ada di Ohoi Wulurat, ini penting karena ciri khas dan jati diri sebuah masyarakat adat ada di situ,” pungkas Sarkol. (tarsytemorubun/labesremetwa)