Ohoi/Desa Uf, Kecamatan Kei Kecil Timur Selatan, Kabupaten Maluku Tenggara dipilih sebagai kawasan ekonomi perikanan.
Langgur, suaradamai.com – Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara Nicodemus Ubro mengatakan bahwa pembangunan kawasan ekonomi perikanan merupakan langkah startegis untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah ke depan.
“Kabupaten Maluku Tenggara terdiri dari 75 % laut dan 25 % daratan. Hal ini menjadi alasan sektor perikanan merupakan salah satu leading sector unggulan daerah ini,” kata Niko saat ditemui suaradamai.com di ruang kerjanya, Jumat (28/8/2020).
Menurut Niko, Malra berada pada 3 Wilayah Pengembangan Perikanan (WPP) dengan potensi tangkap sebesar 4.669.030 ton dan jumlah tangkapan yakni 3.735.225 ton per tahun. Selain itu Malra juga memiliki potensi budidaya karena ada teluk, selat, dan pulau kecil yang mendukung pengembangan budidaya laut.
Niko menambahkan, untuk mengembangkan sektor perikanan membutuhkan energi, kepedulian tinggi, komitmen agar dapat mengelola bersama. Yang menjadi sedikit hambatan untuk bergerak cepat, lanjut dia, yakni UU No.23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah. Namun dengan keluarnya PP No. 28 tahun 2018 tentang kerjasama daerah, memberikan ruang dalam rangka peningkatan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan.
Menurut Niko, produksi sektor penangkapan di Malra yang hanya 94.498 ton pada tahun 2019 cukup disayangkan jika melihat potensi laut yang begitu besar. Produksi yang rendah itu, kata Niko, dikarenakan beberapa hal, di antaranya infrastruktur dan SDM.
Untuk diketahui, sesuai data Dinas Perikanan Malra, produksi tangkap pada tahun 2016 sebanyak 93.663 ton, meningkat pada tahun 2017 menjadi 94.121 ton, dan meningkat pada tahun 2018 menjadi 94.407 ton. “Hal tersebut menujukkan pengelolaan belum memadai dan perlu diperhatikan,” kata Niko.
Mengatasi hal tersebut dan untuk membantu pembangunan daerah, lanjut Niko, caranya dengan membangun kawasan ekonomi perikanan. Dengan kawasan ekonomi khusus perikanan sebagai pusat akan berdampak pada pembangunan daerah baik dari ekonomi, sosial, maupun pariwisata. Kawasan ekonomi akan memberikan dampak besar, masuknya kapal-kapal besar, adanya pabrik olahan, pabrik es batu dan lain-lain. Dengan demikian akan membuka kesempatan untuk setiap nelayan lokal maupun petani dalam memasok hasil tangkapan dan hasil bumi.
Dengan adanya kawasan ekonomi di Maluku Tenggara, kata Niko, maka akan menjadi penyangga – dari segi logistik – Blok Masella yang akan dioperasikan pada tahun 2023. Bukan sekadar wacana, Dinas Perikanan Malra telah menyampaikan usulan ke pusat, dan membuat grand design kawasan tersebut.
“Semua telah disiapkan. Namun karena pandemi sehingga anggaran untuk pengerjaan grand design dialihkan. Surat kepada Menteri sudah disampaikan dari tahun kemarin. Dan telah ada respon baik dari kementrian dan provinsi. Tinggal grand design, Feasibility Study (FS) dan desain serta pemberian data,” ujar Niko.
Ohoi/Desa Uf yang terletak di Kecamatan Kei Kecil Timur Selatan dipilih sebagai kawasan ekonomi perikanan dengan beberapa pertimbangan, yakni berada di dalam teluk, kedalaman laut, keberlangsungan terumbu karang, sudah ada pelabuhan navigasi yang tinggal dikembangkan, dan tempat tersebut milik Pemda sehingga anggaran bisa diefisienkan.
Ada tiga pilihan yang dimilki untuk membangun kawasan ekonomi perikanan, kata Niko, yakni dukungan dana dari pusat, pemerintah daerah, atau investor.
Editor: Labes Remetwa