Ulukyanan melihat demonstrasi yang dilakukan oleh para supir yang kemudian menghasilkan kesepakatan menaikkan tarif angkot secara sepihak, sebagai sebuah urgensi.
Langgur, suaradamai.com – Anggota DPRD Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) Thomas Ulukyanan menyoroti tarif angkutan umum (angkot) antar Kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual, yang diberlakukan selama ini.
Menurut Ulukyanan, jika mengacu pada SK Gubernur Maluku Nomor 415 tahun 2022 tentang perubahan atas Keputusan Gubernur Maluku Nomor 159 tahun 2016, tentang tarif angkutan penumpang dengan mobil bus umum antar kota dalam provinsi, maka tarif yang diberlakukan lintas Kota Tual dan Maluku Tenggara sejak diberlakukan aturan tersebut, tidak sesuai.
Sebab, menurut Ulukyanan, jika mengacu pada lampiran SK yang terbit per April 2022 itu, maka tarif angkot untuk umum pada trayek Tual-Langgur adalah Rp4.000 sedangkan untuk pelajar adalah Rp2.800. Tarif tertinggi berdasarkan SK tersebut, ada pada trayek Tual-Faan yaitu Rp4.300 untuk umum dan Rp3.000 untuk pelajar.
Sementara tarif yang diberlakukan selama ini oleh para supir angkot sebelum harga BBM subsidi naik, adalah Rp5.000 untuk umum dan Rp2.000-Rp4000 untuk pelajar/mahasiswa. Artinya ada selisih lebih sebesar Rp800-Rp1000.
Selisih lebih ini semakin lebar ketika ada kesepakatan dari para supir untuk menaikkan tarif angkot, imbas dari kenaikan harga BBM subsidi per 3 September lalu.
Hal ini dibenarkan oleh sejumlah supir angkot yang diwawancarai Suaradamai.com, Kamis (8/9/2022). Keterangan para supir sesuai dengan penjelasan yang disampaikan oleh anggota DPRD Malra Thomas Ulukyanan.
Salah satu supir angkot Tual-Langgur, Koko Silitubun menyebutkan tarif angkot yang diberlakukan saat ini sesuai kesepakatan bersama para supir angkot di Tual dan Malra, setelah harga BBM subsidi naik. Mereka menyepakati harga angkot untuk dewasa sebesar Rp6.000, mahasiswa Rp5.000, dan siswa Rp4.000.
Meski demikian, menurut Silitubun, dalam penerapannya tidak bersifat memaksa. Hanya saja, mereka berharap ada pengertian baik dari para pengguna jasa angkot, dikarenakan harga BBM subsidi yang sudah naik.
“Sekarang juga, katong kadang masih pake standar yang lama. Dewasa Rp5.000, mahasiswa Rp4.000, anak sekolah Rp2.000. Katong seng paksa juga,” ungkap pria yang berprofesi sebagai supir angkot selama kurang lebih 18 tahun itu.
“Katong juga susah, katong lari cuma par isi minyak saja. Setoran juga kadang. Belum lai uang cekeran Rp1.000 Rp2.000 juga susah,” tambah Silitubun.
Ulukyanan menilai demonstrasi yang dilakukan oleh para supir yang kemudian menghasilkan kesepakatan menaikkan tarif angkot secara sepihak, sebagai sebuah urgensi. Sebab itu, ia mendesak DPRD dan pemerintah mengambil langkah cepat.
“Ini suatu realitas yang dirasakan oleh masyarakat secara langsung, dampak dari kenaikan harga BBM,” tegas Ulukyanan.
Editor: Labes Remetwa
Baca juga: