
Sampah-sampah itu sangat mengancam biota laut, terumbu karang dan lainnya.
Langgur, suaradamai.com – Sampah akibat aktivitas kapal-kapal pengambil telur ikan terbang saat ini mencemari dasar laut wilayah konservasi TPK Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara.
Hal ini disampaikan Mufti. A. Ingratubun, Kepala Seksi Pembinaan Nelayan Kecil, Dinas Perikanan Kabupaten Malra, Rabu lalu.
“Saat ini ditemui banyak sampah baik organik maupun anorganik berserakan di dasar laut hingga menutupi terumbu karang pada wilayah konservasi TPK Kei Kecil,” ungkap Mufti.
Mufti menuturkan, sampah-sampah tersebut ditemukan ketika ia bersama tujuh penyelam, yang juga anggota WWF, melakukan penyelaman dalam rangka pengibaran bendera merah putih di dasar laut menyongsong HUT ke-76 RI tahun 2021.
Selain itu, Mutfi mengatakan, penyelaman tersebut juga bertujuan untuk membuktikan informasi yang mereka terima bahwa apakah benar sampah sampah nelayan Andon dibakar di daratan.
“Faktanya, hasil penyelaman pada lokasi terumbu karang yang cukup baik kami menemukan hamparan daun kelapa bekas “fish atractor” menutupi permukaan terumbu karang dengan jumlah yang banyak dan luas, selain itu terdapat juga sampah anorganik yang banyak berserakan,” ungkap dia.
Menurut Mufti, sampah-sampah yang berasal dari aktivitas kapal motor asal Sulawesi itu, sangat mengancam biota laut, terumbu karang dan lainnya.
Perlu diketahui, Taman Pulau Kecil (TPK) Kei Kecil merupakan kawasan konservasi pesisir dan pulau- pulau kecil yang dikelola dengan sistem Taman Pulau Kecil (TPK) yang terletak di kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku.
Penetapan TPK Kei Kecil berdasarkan keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan RI nomor 6/Kepmen-KP/2016 tentang kawasan konservasi pesisir dan pulau pulau, pulau Kei Kecil, pulau-pulau dan perairan sekitarnya di Kabupaten Maluku Tenggara Provinsi Maluku.
Luas keseluruhan wilayah konservasi TPK yakni 150.00 (seratus lima puluh ribu) hektar, dimana memiliki potensi perikanan dan habitat penting seperti terumbu karang, mangrove, lamun, dugong, penyu, paus, lumba-lumba, burung pelikan, dan kearifan lokal masyarakat adat.
Editor: Labes Remetwa
Baca juga: