Cara petani di ohoi-ohoi langsung turun berjualan di Pasar Langgur cukup meresahkan papalele. Menangani hal ini, DKPP Malra cetus strategi baru.
Langgur, suaradamai.com – Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Maluku Tenggara melahirkan strategi baru untuk mengatasi “papalele dadakan.” Papalele dadakan adalah sebutan untuk para petani dari ohoi-ohoi yang ketika turun di pasar, langsung menjual dagangannya ke masyarakat.
Perilaku “papalele dadakan” ini cukup meresahkan papalele atau pedagang tetap di Pasar Langgur. Sebab banyak dari mereka tidak berjualan di tempat jualan yang disediakan pemerintah, melainkan di emper bangunan pasar.
“Pasar Langgur sebenarnya sudah dibagi per ohoi. Jadi ada tempat (lokal) untuk berjualan. Para pedagang dari ohoi ini tidak mau (berjualan di dalam). Mereka lebih suka di luar karena kalau di luar dagangannya cepat laris,” ungkap Kepala Badan Pendapatan Kabupaten Maluku Tenggara Nona Tamnge kepada wartawan di “Ve’e Kes Yang” depan kantor Bupati, Jumat (4/12/2020).
Cara berjualan di luar atau emper bangunan pasar ini menimbulkan persaingan yang kurang sehat. Pedagang tetap atau papalele juga akhirnya ada yang menjual dagangannya di emper, kata Nona. Hal ini, menurut Nona, menyebabkan barang dagangan papalele yang di dalam gedung kurang laris.
Sebagai pihak yang bertanggungjawab untuk menangani pasar, Nona mengatakan Badan Pendapatan bekerja sama dengan Kepala Pasar dan Sat Pol PP sudah berupaya untuk menertibkan papalele dadakan ini. Namun para pedagang ini hanya patuh saat ada petugas. Petugas tidak ada, jualan lagi di luar.
Nona mengaku upaya penertiban ini agak sulit jika tidak ada kerja sama dari para pedagang, bahkan pembeli. Kebiasaan pembeli yang “kalo beli, sandar motor di dekat tempat jualan lalu bertransaksi dari atas motor,” menjadi salah satu penyebab pedagang suka berjualan di luar.
Melihat kondisi ini, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian melahirkan strategi baru untuk mengatasi papalele dadakan ini. Strategi itu adalah “gerakan 5 hari lahan tidak boleh kosong.”
Strategi ini diharapkan menyibukkan petani di lahan kebun sehingga aktivitasnnya berjualan langsung di pasar dapat diminimalisir. “Kalo ini dilakukan dengan baik maka papalele dadakan tidak ada, petani profesional tercipta sehingga pendapatan petani kontinyu,” jelas Felix.
“Kita sekarang lagi jalan,” kata Felix ketika ditanyai kapan strategi ini diterapkan. “Petani banyak ini, kita lagi jalan. Kita sementara mengedukasi petani,” katanya lagi.
Editor: Labes Remetwa