Ada tiga tujuan utama Pemkab Malra dalam membuka “ve’e kes yang,” antara lain menjaga ketahanan pangan, menjadi sekolah lapang (bekal pengetahuan), dan membuktikan bahwa lahan di Kei juga subur.
Langgur, suaradamai.com – Bupati Maluku Tenggara M. Thaher Hanubun dalam sambutannya yang diwakili Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Zainal Arifin Rahayaan mengatakan, pemerintah daerah akan terus memfasilitasi pengelolaan “Ve’e Kes Yang” yang berkelanjutan.
“Jangan habis panen ditinggalkan. Ini menjadi satu mata pencaharian yang tetap dan dikelola secara komersil,” kata Arifin usai kegiatan panen kedua di “Ve’e Kes Yang” lokasi Danar I, Rabu (2/8/2020).
Pengelolaan kebun ini akan dikembalikan kepada masyarakat untuk mengelola. ASN harus turun tangan pada awalnya, hanya untuk mempercepat penyediaan bahan pangan mengantisipasi terjadinya krisis pangan di masa pandemi.
Dalam sambutannya, Bupati menyebutkan, ada tiga tujuan “Ve’e Kes Yang,” antara lain untuk menjaga ketahanan pangan, menjadi sekolah lapang (bekal pengetahuan), dan membuktikan bahwa lahan di Kei itu subur.
Adanya warning kemungkinan terjadi rawan pangan di tengah pandemi Covid-19, membuat Pemkab Malra membuka 28 hektar lahan kebun yang tersebar di Ohoi Danar, Elaar Let, Semawi, dan depan Kantor Bupati Malra. Tujuannya untuk menjaga ketahanan pangan dan sekaligus memberikan asupan pangan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman (B2SA).
Selain itu, “Ve’e Kes Yang” ini juga akan dimanfaatkan sebagai sekolah lapang. Dimana Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan telah membentuk “The Dream Team” untuk melakukan berbagai inovasi. Saat ini ada lima orang yang tergabung dalam tim ini dengan keahlian berbeda, mulai dari irigasi, pemetaan, hingga pemupukan. Bahkan Distan Ketapang sudah mendirikan “Posko Transformasi Teknologi,” sebagai pusat pembelajaran dan penelitian.
Tujuan dari “Ve’e Kes Yang”, di samping menyediakan bahan pangan dan menjadi sekolah lapang, nantinya akan dilakukan demonstrasi kepada masyarakat bahwa lahan yang ada di Malra tidak kalah dengan lahan di daerah lain. “Kita bisa membuktikan bahwa beberapa panen yang dilakukan itu hasilnya sangat luar biasa,” jelas Bupati.
Terobosan Bupati membuka lahan kebun ini juga disebut sebagai revolusi hijau. Ini juga dijadikan sebagai rangsangan bagi para petani untuk berusaha. Sekaligus menjadi embrio bagi pertumbuhan ekonomi di Maluku Tenggara.
Editor: Labes Remetwa