“Kita punya target maju kedepan dengan cepat, siapa yang sengaja terlambat, kita tinggalkan,” tandas Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Maluku Tenggara Felix Tethool.
Langgur, suaradamai.com – Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Maluku Tenggara Felix Tethool menanggap beban kerja pihaknya dalam mempersiapkan sentra produksi bawang merah merajai pasar Maluku yaitu penanganan pasca panen atau pengolahan dan pemasaran, termasuk juga mengubah pola pikir petani.
Menurutya, dinamika yang terjadi saat ini di Ohoi Watngon dan Kamear saat ini adalah bagian dari pola pikir yang harus diperbaiki.
Ia menyebutkan, pola pikir atau mindset petani hari ini diantaranya banyak alasan, tidak introspeksi diri, dan menyalahkan orang lain. Bagi Tethool, ini merupakan hal lumrah dalam proses pemberdayaan dan harus diselesaikan.
“Menanam bawang itu gampang, tetapi mengurus orang-orang yang menaman bawang itulah yang sulit,” katanya.
Tethool memastikan bahwa sentra produksi bawang merah Abean Raya yang terdiri dari Yafawun, Kamear, dan Watngon akan berjalan maksimal tahun ini.
Ia mengaku, saat awak media ini mengkonfirmasi rencana berhenti produksi petani Kamear dan Watngon baru-baru ini di ruang kerjanya, berselang beberapa waktu kemudian petani Kamear menghadap dan menyatakan sikap untuk ikut aturan dinas pertanian.
Tethool yakin, petani Watngon juga akan bertindak yang sama seperti tetangga kampung mereka itu. Ia menilai dinamika yang terjadi saat ini hanya karena akumulasi persoalan. Salah satu persoalan adalah pengadaan bibit yang dianggap tidak adil oleh petani Watngon.
Pembagian tersebut disebabkan karena petani Ohoi Watngon belum menggarap lahan tepat waktu dan tidak sesuai anjuran dinas.
“Kenapa itu harus terjadi? Lahan tidak siap,” singkat Tethool.
“Kita punya target maju kedepan dengan cepat, siapa yang sengaja terlambat, kita tinggalkan,” tegasnya. (timred)