Dalam pengelolaan vaksin, peralatan rantai vaksin menjadi hal yang paling utama sebagai tempat untuk menyimpan/membawa atau mendistribusikan vaksin sehingga kualitas vaksin benar-benar terjaga.
Langgur, suaradamai.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Maluku mengadakan lokakarya pengelolaan vaksin yang efektif di Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) dan Kota Tual. Kegiatan dipusatkan di Hotel Suita Langgur selama tiga hari, 19-21 Oktober 2022.
Kegiatan kolaborasi antara Dinkes Maluku bersama Dinkes Malra, Dinkes Tual, dan Unicef Perwakilan Maluku ini difasilitasi oleh Yayasan Lingkar Pemberdayaan Perempuan dan Anak (Lappan).
Melalui rilis yang diterima Suaradamai.com dari Lappan, lokakarya yang bertujuan menjamin kualitas pelayanan imunisasi ini, melibatkan 40 peserta, terdiri dari satu staff Pengelola Imunisasi Dinkes Malra, satu staff pengelola Gudang Vaksin Malra, satu staff Pengelola Imunisasi Dinkes Tual, satu staff pengelola Gudang Vaksin Tual, satu petugas gudang farmasi Dinkes Maluku, 15 pengelola vaksin dari Puskesmas di wilayah Tual, dan 20 pengelola vaksin dari Puskesmas di wilayah Malra.
Adapun narasumber lokakarya dari Dinkes Maluku Hans Tanikwele, Kepala Pengelola Program Imunisasi Toria Sangadji, Kepala Seksi Kefarmasian Dinkes Maluku, Kepala Bidang P2P Dinkes Tual, Kepala Bidang P2P Dinkes Malra, dan narasumber dari Unicef Perwakilan Maluku Elda L. Hutapea, Health Officer Imunisasi, Konsultan Unicef Perwakilan Maluku Daud Samal.
Masih menurut rilis dari Lappan, dalam pengelolaan vaksin, peralatan rantai vaksin menjadi hal yang paling utama sebagai tempat untuk menyimpan/membawa atau mendistribusikan vaksin sehingga kualitas vaksin benar-benar terjaga.
Lappan menambahkan, dari segi infrastruktur, Provinsi Maluku masih berjuang dengan distribusi vaksin karena kesenjangan wilayah dan geografis yang sulit dijangkau, serta upaya dalam memberikan layanan ke tempat-tempat yang paling terpencil.
“Hasil penelitian EVM (Effective Vaccine Management) yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan RI bersama UNICEF tahun 2011 dan 2012 diketahui banyak peralatan rantai vaksin yang tidak dikelola dengan benar sehingga banyak terjadi kerusakan vaksin,” ungkap Lappan.
Begitupula dengan hasil penilaian EVM di 18 Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Maluku tahun 2021, menunjukkan bahwa tidak ada satupun instalasi farmasi yang mencapai skor 80 persen. Dalam penilaian tersebut Provinsi Maluku hanya mencapai skor 39,5 persen.
Untuk itu, diperlukan penguatan penerapan management rantai dingin vaksin dan pengelolaannya yang baik sejak vaksin diturunkan dari Dinkes Maluku ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota hingga digunakan di fasilitas pelayanan tingkat pertama atau Puskesmas.
Pelayanan yang bermutu
Dalam sambutan pembukaan, Kadis Kesehatan Malra dr. Ketty Notanubun mengatakan, salah satu kebijakan program imunisasi, menenkankan pelayanan yang bermutu. Pemberian pelayanan imunisasi yang bermutu ialah penanganan rantai vaksin secara khusus, sejak diproduksi sehingga dipakai oleh unit pelayanan yang terdekat dengan masyarakat seperti Puskesmas dan pelayanan di Posyandu.
Ia mengimbau tenaga kesehatan agar benar-benar memantau, memeriksa dan memastikan, bagaimana persiapan rantai dingin dari vaksin. Beberapa vaksin, kata d. Ketty, sensitisif terhadap panas, contohnya polio, BCG, campak rubela. Ada pula vaksin yang sensitif terhadap beku misalnya Hb0.
“Harapannya lokakarya ini sangat penting bagi tenaga kesehatan, bagaimana pengelola vaksin, peralatan rantai vaksin, tempat untuk menyimpan atau mendistribusikan vaksin, sehingga vaksin benar-benar terjaga kualitasnya,” ujar dr. Ketty.
Sesuai pantauan, peserta lokakarya sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Beberapa peserta sangat aktif berbagi pengalaman terkait dengan pengelolaan vaksin efektif di wilayah kerja Puskemas masing-masing.
Pada hari terakhir nanti, 21 Oktober 2022, peserta akan melakukan kunjungan ke enam Puskesmas yang direkomendasikan, terdiri dari tiga Puskesmas di wilayah Kota Tual dan tiga Puskesmas di Maluku Tenggara.
Kunjungan ini bertujuan melihat bagaimana lokasi penyimpanan vaksin, pemeliharaan, dan distribusi sesuai dengan SOP dari Kemenkes.
Editor: Labes Remetwa
Baca juga: