Petani dari Desa Papakula dan Desa Tanah Miring, merupakan dua contoh yang berjuang untuk meningkatkan pendapatan mereka, melalui berjualan hasil pertanian di pasar.
Dobo, suaradamai.com – Di Kabupaten Kepulauan Aru, pertanian merupakan salah satu sektor yang menjanjikan bagi masyarakat lokal. Misalnya di wilayah pesisir Manumbai, Kecamatan Aru Tengah.
Namun, di balik potensi yang besar, terdapat berbagai tantangan yang dihadapi oleh para petani.
Petani dari Desa Papakula dan Desa Tanah Miring, merupakan dua contoh yang berjuang untuk meningkatkan pendapatan mereka, melalui berjualan hasil pertanian di pasar.
Pendapatan yang Bervariasi
Ibu Saharia, petani asal Desa Papakula, pergi ke pasar 1 sampai 3 kali dalam sebulan, dengan pendapatan antara Rp.600.000 sampai Rp.800.000 per perjalanan.
Sementara itu, Bapak Genes, mantan Kepala Desa Tanah Miring, mengungkapkan bahwa petani dari desanya biasanya berjualan ubi jalar, keladi, pisang, bayam, kangkung, dan lainnya dengan pendapatan berkisar Rp.300.000 sampai lebih dari Rp.1.000.000.
Kurangnya Pendampingan Penyuluh Pertanian
Baik Ibu Saharia maupun Bapak Genes, memiliki keluhan yang sama tentang kurangnya pendampingan penyuluh pertanian.
Bapak Genes mengungkapkan bahwa penyuluh pertanian jarang datang ke desa mereka, dan hanya melakukan sosialisasi tanpa melatih petani untuk bercocok tanam yang benar.
“Dia datang cuma kasih sosialisasi, tetapi tidak secara langsung membawa masyarakat untuk cara bertanaman, tidak ada… jadi istilah seperti mengajar saja di sekolah lah…”, ungkap Genes.
Kesulitan Akses Pasar
Selain kurangnya pendampingan penyuluh pertanian, para petani juga menghadapi kesulitan akses pasar.
Ibu Saharia mengeluh bahwa tempat jualan mereka hanya di pinggiran jalan dan tidak diperbolehkan berjualan di Pasar Jargaria, karena penada di sana tidak mengizinkan.
“Kalau kami pindah ke Pasar Jargaria, para penada di sana marah-marah kami berjualan di sana,” ungkapnya.
Bapak Genes juga mengungkapkan bahwa para petani dari Desa Tanah Miring dan Papakula, tergeser keluar dari tempat berjualan mereka karena pedagang kaki lima lainnya sudah mengambil alih tempat tersebut.
“Ini Pak, ini masalah pasar. Sepertinya sekarang kita mau lihat ini… tempat ini dulu kita orang Tanah Miring dan Papakula yang berjualan di tempat ini. Sekarang bahkan pedagang kaki lima juga sudah ada. Pada akhirnya orang Tanah Miring punya tempat berjualan di sana, sekarang sudah tidak di situ lagi (Red: tergeser keluar),” keluhnya.
Janji Bupati yang Belum Terealisasi
Ibu Saharia menagih janji Bupati Aru Timotius Kaidel, tentang pasar khusus untuk para petani dari kampung, yang hingga kini belum terealisasi.
Para petani di Kepulauan Aru membutuhkan dukungan yang lebih besar dari pemerintah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan hidup mereka.
Pemerintah, perlu meningkatkan pendampingan penyuluh pertanian dan memfasilitasi akses pasar yang lebih baik bagi para petani.