Penggunaan sasi adat tidak hanya berdampak positif bagi ekosistem laut yang lestari, tetapi juga bermanfaat untuk ekonomi kerakyatan.
Ambon, suaradamai.com – Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Maluku Sadali Ie membuka acara Sasi Gurita di Soa Grogos, Negeri Kataloka, Kecamatan Pulau Gorom, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), Kamis (16/2/2023).
Pembukaan Sasi Gurita dilakukan hari ini, namun masyarakat baru boleh memanen pada Jumat, (17/2/2023).
Hadir dalam acara tersebut, Wakil Bupati SBT Idris Rumalutur, sejumlah pimpinan OPD Lingkup Pemprov Maluku, Asisten I Pemkab SBT, pimpinan OPD lingkup Kabupaten SBT, para tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat.
Sebelum membuka Sasi, Sekda menyampaikan dua hal penting yang dititipkan Gubernur Maluku Murad Ismail dalam sambutan tertulisnya.
Pertama, Gubernur berharap agar masyarakat menjaga dan memelihara tatanan adat dan tradisi Sasi guna diwariskan secara turun-temurun kepada anak cucu.
Kedua, Gubernur menghimbau Raja Kataloka beserta jajaran maupun seluruh raja-raja dan pemerintah negeri di Kabupaten SBT, untuk berdiskusi bersama perangkat adatnya masing-masing tentang cara penerapan Sasi terhadap hasil alam yang ada di laut maupun darat.
Menurut Gubernur, tradisi Sasi bukan saja bermanfaat bagi kelestarian ekosistem laut, namun harus juga memberi dampak ekonomis bagi pendapatan masyarakat setempat.
Sebab, hasil melimpah yang diperoleh ketika buka Sasi, pengelolaannya perlu diatur secara baik sehingga dapat dipasarkan dengan harga yang bersaing dan memberikan keuntungan.
“Kita patut mensyukuri kekayaan alam dengan tetap mengingat bahwa bumi bukan diberikan hanya bagi generasi kita saja, tetapi merupakan warisan untuk manusia dari generasi ke generasi,” ujar Gubernur.
Di tempat yang sama, Raja Kataloka Enverd Abd. Wattimena menerangkan, salah satu tujuan penerapan Sasi adalah agar saat memanen, ukuran Gurita sudah cukup besar, juga sekaligus menjaga kelestarian keanekaragaman hayati pesisir dan laut, terutama terumbu karang dan bakau.
“Saya harap, Sasi dapat memberikan manfaat dan pembelajaran bagi kita dari aspek ekonomi, ekologis, sosial, dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya tata kelola adat bagi perlindungan dan pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya alam,” harap Wattimena.
Editor: Labes Remetwa
Baca juga: