Cegah Stunting, Dinkes Malra Ajak Bumil Laporkan Kehamilan Sejak Dini

Stunting adalah kekurangan gizi pada bayi di 1000 hari pertama kehidupan yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.


Langgur, suaradamai.com – Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tenggara Shanty Letlora meminta para Ibu Hamil (Bumil) agar melaporkan kehamilan sejak dini.

Hal tersebut, menurut Shanty, harus dilakukan agar mendapat bimbingan kesehatan dari tenaga kesehatan, sehingga membantu mencegah terjadinya stunting.

Stunting, menurut kbbn.go.id, adalah kekurangan gizi pada bayi di 1000 hari pertama kehidupan yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.

“Penanganan stunting itu bukan hanya saat bayi lahir, tetapi ketika ibu dinyatakan hamil. Jadi kita kawal 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) atau biasa disebut sebagai periode emas. Dari janin, lahir, sampai umur 2 tahun,” jelas Shanty kepada wartawan di ruang kerjanya, Kamis (7/10/2021).

Shanty menambahkan, penambahan jumlah stunting di Maluku Tenggara salah satunya dipengaruhi karena banyak Bumil yang terlambat melaporkan kehamilannya. Sebagian melaporkan ketika sudah hamil enam bulan ke atas.

Kondisi itu, lanjut Shanty, tidak baik karena ibu dan anak kurang mendapat bimbingan, terutama asupan nutrisi.

“Kita tidak bisa kecolongan di saat ibu datang sudah hamil enam bulan. Berarti kita terlambat. Terlambat pemeriksaan, terlambat memberikan obat. Misalnya, obat Fe (zat besi untuk tambah daerah) itu harus 90 tablet dia minum selama kehamilan,” ujar Shanty.

Sebab itu, Shanty mengajak para ibu hamil agar melaporkan kehamilannya sejak dini sehingga bisa mendapat penanganan yang baik.

Kabar baiknya, lanjut Shanty, angka prevalensi stunting di Maluku Tenggara turun setiap tahun. Pada tahun 2018 angka prevalensi stunting di Malra adalah 30,01 persen, turun menjadi 27,01 persen pada tahun 2019, turun menjadi 22,95 persen pada tahun 2020. Hingga September 2021 ini, turun menjadi 20 persen.

“Mudah-mudahan di tahun 2024, kita sudah bisa di angka 14% sesuai target nasional,” ujar Shanty.

Editor: Labes Remetwa


Baca juga:

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

KOMENTAR TERBARU