Penyu sisik yang dalam bahasa Kei disebut “Keran” itu, tertangkap secara tak sengaja oleh alat tangkap jaring salah satu nelayan.
Langgur, suaradamai.com – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Tual melepasliarkan satu ekor penyu sisik (Eretmochelys imbricata) hasil tangkapan sampingan nelayan setempat.
Bycatch atau tangkapan sampingan mengacu pada penangkapan dan atau pembunuhan spesies akuatik yang tidak disengaja saat menangkap spesies target lain.
Sebelumnya, penyu sisik yang dalam bahasa Kei disebut “Keran” itu, tertangkap secara tak sengaja oleh alat tangkap jaring salah satu nelayan, sekitar empat hari lalu di selat antara Pulau Ohoiwa dan Pulau Nukahai, Kecamatan Manyeuw, Kabupaten Maluku Tenggara.
Adalah Yosep Epi Letsoin (67) dan Petrus Pido Letsoin (69) yang mengamankan penyu tersebut sementara waktu di Pulau Ohoiwa. Pembudidaya rumput laut dan nelayan asal Ohoi (Desa) Debut itu, kemudian melaporkan ke BKSDA Tual.
Setelah mendapat informasi tadi pagi, Rabu (1/9/2021), Kepala BKSDA Tual Yopi Jamlean bersama rombongan langsung terjun ke lapangan.
Mereka mendapati penyu tersebut masih hidup dan siap dilepasliarkan. Kegiatan pelepasan berjalan lancar. Penyu berhasil dilepas ke laut dengan aman dan selamat. Selanjutnya tim bersama warga menandatangani berita acara penerimaan dan pelepasan penyu.
Kepala BKSDA Tual Yopi Jamlean berharap, kegiatan itu pelepas-liaran itu dapat menjadi edukasi bagi masyarakat dalam menjaga biota laut yang dilindungi.
“Ini demi pelestarian, khusus penyu di Kepulauan Kei. Karena semakin hari penyu semakin berkurang,” ujar Yopi.
Gencar sosialisasi
Yopi menambahkan, BKSDA selama ini bekerja sama dengan berbagai pihak, baik pemerintah, lembaga adat, agama, maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Kerja sama itu, kata Yopi, dalam rangka penyadartahuan atau sosialisasi tentang Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL) yang dilindungi.
Dalam waktu dekat, BKSDA dan beberapa pihak terkait akan turun lagi melakukan sosialisasi di sejumlah ohoi.
Dalam tahun ini, lanjut Yopi, pihaknya masih ada dalam upaya penyadartahuan. Namun mereka tidak akan mentolerir penangkapan yang berlebihan atau bahkan pembantaian Tumbuhan dan Satwa Liar.
“Apabila dengan sengaja, artinya langsung melakukan perburuan. Pergi mencari di laut untuk dikonsumsi atau dijual, ini sama dengan pembantaian. Tetap (untuk hal ini) penegakan hukum akan dilaksanakan,” tegas Yopi.
Mulai ada kesadaran
Kesadaran akan perlindungan spesies dan lingkungan di Kepulauan Kei semakin baik. Baru-baru ini, Gereja Katolik Keuskupan Amboina Wilayah Kei Kecil dan Kota Tual, bersama BKSDA Tual, pemerhati budaya, dan LSM peduli spesies dan lingkungan, melaksanakan sosialisasi bagi umat Katolik, khusus wilayah Paroki Ohoidertutu (wilayah Kecamatan Kei Kecil Barat), di Gedung Katolik Centre, Langgur.
Dalam sosialisasi tersebut, Pastor Paroki Namar (Wilayah Kecamatan Manyeuw) RD. Jemris Rangkoly meminta secara langsung dalam forum agar tim juga menggelar sosialisasi bagi umat Katolik di wilayahnya.
Pada kegiatan itu juga, Gereja Katolik Wilayah Kei Kecil dan Kota Tual memutuskan untuk tidak mengkonsumsi semua satwa liar dilindungi, dalam perayaan sakramen.
Editor: Labes Remetwa
Baca juga: