Hasil penelitian menunjukkan keberhasilan yang cukup signifikan terhadap pencegahan hama/penyakit pada budidaya rumput laut.
Langgur, suaradamai.com – Mahasiswa Politeknik Perikanan Negeri Tual (Polikant) meneliti penangkal hama dan penyakit ice-ice pada budidaya rumput laut (Eucheuma cottoni).
Lewat program Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Riset Esakta (RE), kelompok mahasiswa tersebut melakukan penelitian di Teluk Sathean, Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku.
Kelompok tersebut diketuai oleh Nussy Lokra Latar, dengan anggota Samsul Bugis dan Seslisia Fangohoi. Mereka bertiga adalah mahasiswa lintas Program Studi di Polikant dan dibimbing oleh dosen Hendro Hitijahubessy, S.Si, M.Si.
“Ini penelitian bersifat nasional, yang dibiayai oleh Ditjen Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi,” ungkap Dosen Pembimbing, Hendro Hitijahubessy, Kamis (5/10/2023).
Adapun penelitian dengan judul “penanggulangan biofouling pada tali long line rumput laut budidaya menggunakan ekstrak mangrove sebagai antifouling” dinyatakan berhasil.
Sebab, hasil penelitian menunjukkan bahwa formula yang dibuat berhasil mencegah pertumbuhan hama pada long line atau tali ulur budidaya rumput laut.
Penelitian dilakukan selama sekitar 4-6 bulan dengan dua tahapan, yaitu tahapan laboratorium dan tahapan lapangan.
Tim peneliti menggunakan ekstrak daun mangrove (Rhizophora apiculata) sebagai bahan utama dalam anti biofouling atau anti hama/penyakit.
Pada tahapan laboratorium, tim menguji formula berupa ekstrak daun mangrove pada bakteri vibrio, bakteri yang banyak di laut.
Selanjutnya, dilakukan uji lapangan menggunakan formula yang diuji di laboratorium. Pengujian lapangan dilakukan dengan tiga perlakuan yang berbeda, yaitu ekstrak mangrove dan cat, esktrak mangrove dan fernis, dan ekstrak mangrove saja.
“Kita lihat selama 12-16 minggu. Ternyata hasilnya ketiga perlakuan itu mempunyai kemampuan yang sama dalam menangkal hama/penyakit dibanding tidak memakai apa-apa,” ungkap Hitijahubessy.
“Sementara kalau dicuci dengan air laut saja, masih mudah terkontaminasi dengan hama/penyakit yang menyerang rumput laut,” imbuh dia.
Hitijahubessy berharap, hasil penelitian ini bisa diterapkan oleh masyarakat pembudidaya rumput laut di Maluku Tenggara dan Kota Tual, khususnya di Ohoi/Desa Sathean.
Editor: Labes Remetwa
Baca juga: