Polikant Tawarkan Konsep Pariwisata kepada Pelaku Pariwisata di Tual

Ikuti suaradamai.com dispot_imgspot_imgspot_imgspot_img

“Jadi Kepulauan Kei ini banyak daya tarik tapi minim atraksi, itu saja,” papar Rahmat.


Tual, suaradamai.com –  Politeknik Perikanan Negeri Tual (Polikant) diminta oleh Dinas Pariwisata Kota Tual untuk melatih 40 pelaku pariwisata yang terdiri atas pengelola objek wisata, kelompok sadar wisata, dan perwakilan desa wisata.

Keterlibatan Polikant dalam kegiatan pelatihan Tata Kelola Destinasi Wisata yang dilaksanakan di Rumah Makan Pelangi, Dusun Dumar Desa Tual Kecamatan Dullah Selatan itu, merupakan implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian kepada masyarakat.

Mewakili Polikant, Dosen Program Studi Agrowisata Bahari (AWB) Rahmat Abdullah memberikan materi berupa konsep dan strategi pengembangan destinasi wisata di Kota Tual.

Baca juga: Polikant Targetkan Akreditasi Semua Prodi Tuntas Akhir Tahun Ini

Konsep pengembangan, Ekowisata

Menurut Rahmat, core product atau produk inti pariwisata di Kepulauan Kei adalah wisata bahari. Dari situ, maka konsep pengembangannya adalah ekowisata. Ekowisata merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.

“Jadi konsep pengembangannya itu harus mengacu pada prinsip ekowisata, seperti tidak merusak lingkungan, pembangunan harus memperhatikan daya dukung lingkungan, dan sebagainya. Intinya melestarikan lingkungan,” jelas Rahmat.

Konsep pengelolaan, community based tourism dan ABG

Rahmat menambahkan, pengelolaan yang baik dengan konsep ekowisata adalah community based tourism atau pariwisata berbasis masyarakat. “Masyarakat yang tahu dia punya lingkungan, tahu nilai-nilai sosial, adat istiadat. Mereka yang tahu. Jadi masyarakat yang kelola (pelaku utama),” jelasnya.

Karena pariwisata itu multi sektoral, maka, kata Rahmat, masyarakat juga membutuhkan pihak lain dalam memajukan pariwisata. Pihak lain itu biasa disebut triple helix atau ABG – Academician (akademisi), Business (swasta), and Government (pemerintah).

Baca juga: Polikant Terima 494 Mahasiswa Baru Tahun Ajaran 2020-2021

“Kampus, swasta, dan pemerintah harus berkolaborasi dengan masyarakat setempat untuk mengembangkan daya tarik pariwisata yang ada di Kepulauan Kei yang beraneka ragam ini,” ujar Rahmat.

Atraksi harus banyak

Rahmat menilai, daya tarik pariwisata di Kota Tual sangat banyak dengan segmentasi pasar mulai dari anak kecil hingga orang dewasa. Hanya saja, atraksi-atraksi di destinasi wisata di Kei umumnya dan Kota Tual khususnya, sangat sedikit.

Baca juga: Ekosistem Laut Kei Terancam, Polikant Sampaikan Naskah Akademik MPA

Hal itu, kata Rahmat, dapat menjadi alasan dasar mengapa para wisatawan manca daerah atau manca negara tidak bertahan lama, dan bahkan ada yang tidak kembali lagi.

“Daya tarik itu tidak mampu mendatangkan wisatawan secara berkelanjutan … karena tidak didukung oleh beragam aktivitas dan atraksi,” jelas Rahmat. “Jadi orang dari Makassar lebih banyak ke Ambon, Raja Ampat, Manado, ke Morotai, untuk menikmati wisata bahari. Daripada datang ke Kei yang minim atraksi. Jadi Kepulauan Kei ini banyak daya tarik tapi minim atraksi, itu saja,” paparnya.

Editor: Labes Remetwa

Ikuti suaradamai.com dispot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ronald Tethool

Sosok inspiratif yang berhasil memajukan pariwisata Ngurbloat, Kepulauan Kei, Maluku.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

KOMENTAR TERBARU