Pengolahan rumput laut jenis Eucheuma cottoni yang dirancang di industri Letvuan, dapat mengolah rumput laut menjadi dua macam produk, yakni berupa Alkali Treated Cottonii (ATC) dan Semi Refined Carrageenan (SRC).
Langgur, suaradamai.com – Sejak 2004, Politeknik Perikanan Negeri Tual (Polikant) konsisten menelurkan tenaga profesional di bidang kelautan, perikanan, dan pariwisata. Termasuk menyiapkan lulusan yang kompeten dan siap bekerja di pabrik rumput laut yang berlokasi di Ohoi/Desa Letvuan, Maluku Tenggara, Maluku, sewaktu-waktu industri itu dibuka.
Dalam rangka menghasilkan lulusan dimaksud, Polikant intens memperbarui dan meningkatkan kurikulum. Dalam penjabaran kurikulum, dibuatlah kegiatan praktek yang sesuai dengan sarana prasarana dan tahapan produksi rumput laut di pabrik tersebut.
“Penyusunan kurikulum itu juga dilakukan melalui loka karya yang melibatkan unsur-unsur terkait, termasuk Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual, untuk menyesuaikan dengan kebutuhan daerah,” ungkap Wakil Direktur (Wadir) IV Bidang Kerjasama Polikant Ismael Marasabessy, Jumat (1/9/2023).
Marasabessy menjelaskan, pengolahan rumput laut jenis Eucheuma cottoni yang dirancang di industri Letvuan, dapat mengolah rumput laut menjadi dua macam produk, yakni berupa Alkali Treated Cottonii (ATC) dan Semi Refined Carrageenan (SRC).
ATC merupakan produk berupa chips, yang digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan karaginan murni. Sedangkan SRC merupakan produk keraginan berupa tepung.
Untuk menyiapkan mahasiswa bekerja di pabrik Letvuan sewaktu-waktu industri itu dibuka, Polikant melaksanakan kegiatan praktek khusus menyesuaikan dengan prabrik tersebut. Praktek itu juga mengacu pada aplikasi riset dosen.
“Diharapkan lewat praktek ini, mahasiswa tahu mengolah produk ATC dan SRC yang kebetulan prabiknya ada di sini,” ujar Marasabessy.
Kegiatan praktek diawali dengan mengarahkan mahasiswa mengunjungi industri di Letvuan. Di sana mahasiswa diperkenalkan dengan tahapan produksi.
Selanjutnya, mahasiswa kembali ke kampus untuk melakukan simulasi di laboratorium tentang cara pembuatan ATC dan SRC.
Menurut Marasabessy, proses produksi ATC dan SRC di pabrik Letvuan dan di laboratorium kampus, melalui prosedur yang sama. Perbedaannya hanya pada peralatan.
“Di industri itu peralatan yang modern, yang besar. Kami di kampus itu praktek dengan peralatan yang sederhana. Kami menyesuaikan dengan kondisi. Tetapi prinsipnya, proses, tahapan proses, penggunaan bahan-bahan kimia itu kami sesuaikan,” jelas Marasabessy.
Marasabessy menambahkan, praktek ini sudah berjalan tiga tahun terakhir untuk tiga angkatan yang sudah lulus. Polikant hingga kini masih melakukan praktek yang sama untuk mahasiswa.
Editor: Labes Remetwa
Baca juga: