Beberapa lokasi di sekitar Pulau Adranan mengalami kerusakan terumbu karang akibat penangkapan yang tidak ramah lingkungan.
Langgur, suaradamai.com – Politeknik Perikanan Negeri Tual (Polikant) membangun dua unit rumpon hybrid di perairan Pulau Adranan, Kecamatan Dullah Utara, Kota Tual.
Program ini merupakatan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang dilaksanakan oleh Polikant. Tim kerja dari kampus biru itu terdiri atas sejumlah dosen dan dibantu oleh teknisi dan mahasiswa. Para dosen tersebut adalah Syahibul Kahfi Hamid, Johny Dobo, Maimuna Renhoran dan Jusron Ali Rahajaan.
Ketua Tim Syahibul Kahfi Hamid menjelaskan, terdapat beberapa lokasi di sekitar pulau adranan mengalami kerusakan terumbu karang akibat kegiatan illegal fishing oleh nelayan-nelayan yang tidak bertanggung jawab.
Bentuk illegal fishing yang dilakukan berupa penangkapan ikan dengan menggunakan jaring pukat harimau, racun, bahkan yang lebih berbahaya dengan menggunakan peledak, dengan tujuan menangkap ikan dalam jumlah yang banyak.
Sebab itu, Polikant, melalui PKM, membuat dua unit rumpon hybrid untuk memperbaiki habitat terumbu karang, dan membentuk fishing ground (daerah penangkapan).
Rumpon Hybrid, lanjut Hamid, merupakan perpaduan antara aktraktor cumi dengan transplantasi karang. Ide penambahan transplantasi karang pada aktraktor cumi dilakukan karena adanya tempat yang kosong pada rangka aktraktor atau rumpon cumi.
“Rangka yang kosong dan tidak termanfaatkan dari sebuah aktraktor, dapat digunakan sebagai tempat penempelan transplantasi karang sehingga dapat diperoleh manfaat ganda dari suatu rumpon,” jelas Hamid.
Kegiatan yang dilaksanakan sejak 1 Agustus lalu itu melibatkan mitra dari Desa Dullah Laut. Tim menilai, pengembangan rumpon hybrid akan sangat dirasakan oleh masyarakat, bilamana masyarakat bisa menjaganya.
“Diharapkan dengan adanya daerah penangkapan dapat menekan biaya produksi penangkapan dan juga meningkatkan hasil tangkapan nelayan,” kata Hamid menjelaskan dampak yang akan dihasilkan rumpon hybrid.
Tidak hanya sebatas membangun rumpon, Tim juga terus melakukan monitoring dan evaluasi sebanyak dua kali sebulan selama 8 bulan.
Hamid menjelaskan, monitoring dilakukan untuk melihat pertumbuhan karang yang ditransplantasi dan penempelan telur cumi-cumi di rumpon. Sedangkan evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan program dan sebagai bahan dalam pengembangan program.
Editor: Labes Remetwa
Baca juga: