BerandaOpiniTransformasi Pendidikan: Antara Inovasi dan Kemanusiaan

Transformasi Pendidikan: Antara Inovasi dan Kemanusiaan

Penulis: Gerry Ubra, Guru SMA Negeri 1 Tual


Pendidikan di Indonesia saat ini tengah mengalami perubahan besar dengan penerapan Kurikulum 2025 yang berbasis Artificial Intelligence (AI) dan coding. Meskipun kurikulum ini membawa semangat baru dalam mencetak generasi muda yang adaptif dan kompetitif di pasar global, penghentian program Guru Penggerak menimbulkan kekhawatiran akan dehumanisasi pendidikan.

Dilema Penghentian Guru Penggerak

Guru Penggerak bukan hanya guru yang mengajar, tetapi juga memimpin, menginspirasi, dan membentuk karakter siswa. Mereka dibina untuk menjadi agen transformasi budaya belajar di sekolah. Penghentian program ini berpotensi melemahkan kepemimpinan pendidikan di tingkat sekolah dan meningkatkan kesenjangan kompetensi digital antar daerah.

Manfaat Kurikulum 2025

Kurikulum 2025 membawa beberapa manfaat, seperti:

  • Siswa lebih siap menghadapi dunia kerja masa depan dengan keterampilan digital yang dibutuhkan.
  • Pembelajaran menjadi lebih personal dan efisien berkat bantuan teknologi berbasis AI.
  • Inovasi dalam sistem pembelajaran meningkat karena guru dan siswa didorong untuk berpikir kreatif dan solutif.

Dampak Negatif Penghentian Guru Penggerak

Penghentian Guru Penggerak membawa beberapa dampak negatif, seperti:

  • Potensi melemahnya kepemimpinan pendidikan di tingkat sekolah.
  • Kesenjangan kompetensi digital antar daerah bisa semakin lebar.
  • Risiko hilangnya nilai-nilai kearifan lokal dan empati dalam pendidikan.

Maju dengan Teknologi, Jangan Lupa Akar

Dalam merancang masa depan pendidikan, kita tidak boleh melupakan akar. Guru Penggerak adalah fondasi yang telah dibangun dengan biaya, waktu, dan semangat perubahan yang besar. Mengapa tidak mengintegrasikan peran mereka dalam konteks baru? Mereka bisa menjadi jembatan antara teknologi dan nilai-nilai pendidikan yang luhur.

Dengan demikian, kita dapat menciptakan generasi muda yang tidak hanya kompetitif di pasar global, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan empati yang tinggi. Pendidikan sejati bukan hanya tentang mencetak generasi yang cerdas secara teknologi, tetapi juga memiliki hati dan jiwa yang kuat.

*Opini ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera dan bukan merupakan tanggung jawab redaksi Suaradamai.com


ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -
- Advertisment -

TERPOPULER

- Advertisment -

KOMENTAR TERBARU