Belakangan, postingan tersebut sudah dihapus. Tetapi, hasil tangkapan layar postingan itu sudah tersebar di mana-mana.
Langgur, suaradamai.com – Pemuda Katolik Komisariat Cabang (Komcab) Maluku Tenggara (Malra) menilai postingan di media sosial facebook soal kehadiran M. Thaher Hanubun (MTH) saat misa kudus di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, sarat politik.
Postingan yang dibuat oleh akun atas nama Nunia Namsa Nia, menyebutkan bahwa MTH diundang hadir sebagai peserta Misa yang dipimpin oleh Bapak Paus dan sebagai perwakilan dari Keuskupan Amboina.
Belakangan, postingan tersebut sudah dihapus. Tetapi, hasil tangkapan layar postingan itu sudah tersebar di mana-mana. Salah satunya diposting kembali oleh Sekretaris Pemuda Katolik Malra Ronald Toatubun.
Toatubun merasa sangat kecewa dan tidak puas dengan postingan tersebut. Ia meminta akun ataas nama Nunia Namsa Nia untuk mengklarifikasi kalimat dalam postingan itu.
Ia menilai postingan tersebut tidak layak dan pantas. Sebab menyebutkan bahwa MTH mewakili Keuskupan Amboina.
“Aneh Aneh Saja… Ibu Nunia Namsa Nia yg Terhormat, Kalimat Yg ibu Posting ini TDK Layak dan Pantas. Karena Kami Umat Katolik Keuskupan Amboina Sebagian Besar Sangat Ingin Ikut dalam Misa Kudus Bersama Bapak PAUS Kami, Ttpi karena Kuota Terbatas Jadi Kami Hanya Mengikuti Melalui Media Sosial,” tulis Toatubun di akun facebooknya.
“Jadi Harap Dipahami Dan Di mengerti, Apalagi Denga Kata Mengikuti Misa dan HADIR SEBAGAI PERWAKILAN KEUSKUPAN AMBOINA…🤔🤔😮😮. Maksudnya… Dia siapa lalu mewakili Keuskupan….???,” tambah Toatubun.
Sementara itu, Ketua OKK Pemuda Katolik Komcab Malra Izaak Ignatius Setitit, menegaskan bahwa ritual agama dalam ibadah Katolik jangan pernah diisi dan dirasuki dengan agenda terselubung orang per orang dan bahkan kelompok tertentu, apalagi yang bermuatan politik.
“Misa Agung yang dipimpin oleh Bapak Paus Fransiskus adalah Perayaan Ekaristi yang dihadiri oleh umat katolik. Di dalam misa, umat Allah meyakini ada perjamuan yang hidup bersama Kristus sebagai Anak Domba. Perayaan Misa ini hanya bisa dihayati dan dijiwai oleh umat Katolik yang percaya akan roti kehidupan dan anggur keselamatan,” jelas Setitit.
Setiap umat yang hadir, lanjut Setitit, mewakili keuskupan masing-masing. Sehingga menurut dia, narasi yang menyebutkan “hadir karena diundang dan mewakili keuskupan”, sebetulnya adalah sikap yang tidak toleran yang ditunjukkan oleh MTH.
“Mengingat 1 tiket yang diambil oleh bapak MTH telah mengurangi 1 orang umat Katolik untuk beribadah dan mengikuti perayaan ekaristi yang dipimpin langsung oleh Paus Fransiskus,” jelas Setitit.
Sebagai informasi, Suaradamai.com telah menghubungi M. Thaher Hanubun via pesan WhatsApp. Namun, hingga berita ini tayang, belum ada respon. Kami juga telah menghubungi akun facebook Nunia Namsa Nia via Messenger. Namun belum ada respon.
Editor: Labes Remetwa